pancay | Mohon Restu. - 2009/07/27 06:21 |
| | Silahkan login terlebih dahulu untuk bertanya |
munzir | Re:Mohon Restu. - 2009/07/28 08:25 |
pancay | Mohon Restu. - 2009/07/27 06:21 Assalamualaikum wr wb, Semoga Allah swt yang Maha Penyayang dan Maha Pelindung selalu memberi kesehatan yang sempurna tuk antum Habibana Munzir alMusawa yang ana cintai dan selalu melindungi setiap gerak langkah dakwah antum yang mulya...aamiin. Terima kasih ya habibiy atas segala ilmu yang antum berikan kepada kami jamaah Majelis Rasulullah khususnya tuk alFaqir,ana termasuk yg genjar meneruskan dakwah antum di media FaceBook ataupun Blog ana,mohon maaf jika tanpa sepengetahuan antum atau ada kesalahan2 dlm meneruskan dakwah mulya ini,mohon izin dari antum yang Mulya tuk semua itu namun kadang ana agak merasa riskan karena ada saja nada2 sumbang yang mengomentari kedekatan ana dgn antum namun ana tak hiraukan kerena ana merasa dekat dgn antum secara bathin/ruh. ba'da ashar ana terus mendawamkan ratib Atthos yg antum sarankan dan ijasahkan dan setelah itu ana jg mengirim Fatehah kpd guru mulya Hb.Umar bin Hafidz juga kpd antum tuk menyambung tali pengikat ruh kita semoga antum berkenan dan sudi kembali memberikan ijazah kepada ana yang faqir ilm ini. Denmikian mohon maaf ya Habibiy atas kelancangan ana. semoga Allah swt mempercepat kemakmuran muslimi/mat di Indonesia dan Jakarta khususnya juga tuk seluruh dunya..aamiin. Wassalamualaikum wr wb. |
| | Silahkan login terlebih dahulu untuk bertanya |
Kalam Asy-Syeikh Jasiem Al-Muthawi'
Ini adalah bentuk ibadah yang menjadikan seseorang berlomba-lomba mendahului yang lainnya dalam sibaq (berlomba-lomba dalam amal). Hanya saja pada era moderen ini jarang sekali dilakukan, yakni ibadah "memijit kaki ibu" dengan niat birrul walidain (berbakti kepada orangtua). Yang menemukan ibadah model ini adalah Muhammad bin Al-Munkadir. Beliau berkata, "Semalam aku mencium kaki ibu, malam itu pula pamanku shalat. Alangkah indahnya malamnya dengan malamku."
Bentuk ibadah semacam itulah yang menempatkan seseorang selalu di barisan terdepan, karena disana ada keutamaan berbakti kepada orangtua (birrul walidain) serta kedudukannya yang tinggi dalam syariat Islam. Ia lebih berat timbangannya daripada shalat di malam hari dan puasa di siang hari. Bahkan Imam Hasan Al-Bashri mengatakan, "Tidak ada yang menyamai birrul walidain dari ibadah sunnah, tidak juga haji maupun jihad."
Karenanya barangsiapa duduk bercengkerama bersama kedua orangtua dengan penuh keakraban dan sopan-santun hingga membuatnya gembira dengan maksud birrul walidain, maka baginya pahala yang besar di sisi Allah swt. Oleh karenanya, cinta dan berbuat baik kepada kedua orangtua adalah termasuk jalan pintas yang menghubungkan ke surga.. Bahkan keberadaan kedua orangtua bagi sang anak adalah identik dengan salah satu pintu surga yang ada di bumi. Maka barangsiapa ingin dan berlomba masuk surga, ia harus berperilaku baik terhadap pintu tersebut. Itulah sebabnya Iyas bin Mu'awiyah menangis tatkala sang ibu tercinta meninggal.. Ada yang bertanya kepadanya mengapa ia menangis, dijawab olehnya, "Dulu aku punya dua pintu yang terbuka menuju surga, kini salah satu dari pintu itu tertutup."
Sidang pembaca yang mulia, berusahalah agar tidak tidur barang semalam saja jika salah seorang dari kedua orangtua Anda sedang marah, khususnya ibu. Berusahalah untuk membangkitkan kebahagiaannya dan ciptakan suasana yang selalu menggembirakan beliau. Janganlah Anda masuk ke dalam rumah dengan tangan hampa, akan tetapi persembahkanlah kepada keduanya bentuk-bentuk pemberian atau hadiah dan perhatikan apa yang dibutuhkannya.
Diantara bentuk birrul walidain yang dilakukan oleh Thalq bin Hudaib, salah seorang tabi'in adalah selalu mencium kening ibunya. Beliau tidak berjalan di tempat yang lebih tinggi, sementara sang ibu ada di bawah.
Oleh karena itu, birrul walidain adalah pintu yang agung. Maka berusahalah Anda untuk memasukinya setiap hari sebelum pintu itu tertutup. Berlombalah dengan hati dan perasaan Anda untuk berbuat baik terhadap keduanya.
Janganlah dan jangan sampai Anda durhaka kepada kedua orangtua. Andaikata itu sudah terlanjur Anda lakukan, maka segeralah bertobat dan mohon ampun sebagaimana dilakukan oleh Ibnu 'Awanah. Suatu hari beliau berbuat durhaka kepada orangtuanya. Untuk menebus kesalahan tersebut Ibnu 'Awanah memerdekakan dua orang budak. Beliau berkata, "Suatu hari ibu memanggilku. Kemudian aku menjawabnya, namun saat itu suaraku lebih tinggi (keras) dari suara ibu. Maka seketika itu pula aku memerdekakan dua orang budak."
[Disarikan dari Efisiensi Waktu Konsep Islam, Jasiem M.Badr Al-Muthawi', hal. 163-166, cetakan I, 2000, penerbit Risalah Gusti, Surabaya]
Dan dua azan solat Jumaat dihubungkan dengan 2 azan untuk solat Subuh ertinya : dan sunat juga 2 azan bagi solat Jumaat(I'anatut Tholibin Juz 1, Hal 232).
adalah azan pada hari Jumaat mula-mulanya manakala Imam telah duduk di atas mimbar, begitu pada masa RasuluLlah sallaLlahu 'alaihi wasallam pada masa Saidina Abu Bakar dan Saidina Umar radiyaLlahu 'anhu ketika pada masa Saidina Uthman bin Affan RadiyaLlahu 'anhu dan manusia sudah banyak beliau menambah 'azan yang ketiga' di atas Zaura(Hadith diriwayatkan oleh Bukhari - sahih Bukhari Juz 1, hal 116).
Pada mulanya azan Hari Jumaat itu ketika Imam telah duduk di mimbar. Hal ini terjadi pada ketika zaman Nabi, zaman Abu Bakar dan Umar radiyaLlahu 'anhu. Maka ketika tiba zaman Khalifa Uthman bin Affan radiyaLlahu 'anhu iaitu pada ketika manusia sudah ramai, beliau memerintahkan agar diadakan azan ketiga di atas Zaura'. Maka tetaplah situasi secara demikian(Hadith riwayat Bukhari - Sahih Bukhari Juz 1 halaman 117).
Berkata RasuluLlah sallaLlahu 'alaihi wasallam : Pegang teguhlah sunnah aku dan sunnah khalifah-khalifah ar Rasyidin sesudah aku(Hadith riwayat Abu Daud - Sunan Abi Daud Juz 4 Halaman 201).
(Umm Juz I, halaman 195).
Dan yang mana di antara yang kedua itu yang terjadi pada masa RasuluLlah sallaLlahu 'alaihi wasallam lebih saya sukai
Rasul saw bukan orang yg suka dipuji karena takabbur, namun Rasul saw suka dipuji oleh orang orang yg benar benar mencintai beliau saw, karena pujian itu datang dari cinta, dan cinta kepada Rasul saw adalah kesempurnaan Iman, sebagaimana sabda beliau saw : Belum sempurna Iman seorang hamba sebelum aku lebih dicintainya dari harta dan keluarganya” (Shahih Muslim),
berbeda dengan cinta kita satu sama lain yg mungkin bisa jadi merupakan hal yg melupakan kita dari Allah swt.
Berkata Abbas bin Abdulmuttalib ra kepada Rasul saw : “Izinkan aku memujimu wahai Rasulullah..” maka Rasul saw menjawab: “silahkan.., Allah akan membuat bibirmu terjaga”, maka Abbas ra memuji dg syair yg panjang, diantaranya : “… dan engkau (wahai nabi saw) saat hari kelahiranmu maka terbitlah cahaya dibumi hingga terang benderang, dan langit bercahaya dengan cahayamu, dan kami kini dalam naungan cahaya itu dan dalam tuntunan kemuliaan kami terus mendalaminya” (Mustadrak ‘ala shahihain hadits no.5417)
Berkata Aisyah ra : “Jangan kalian caci Hassan bin tsabit, sungguh ia itu selalu membanggakan Rasulullah saw” (Shahih Bukhari Bab Adab hadits no.5684).
Hassan bin Tsabit ra membaca syair di Masjid Nabawiy yg lalu ditegur oleh Umar ra, lalu Hassan berkata: “aku sudah baca syair nasyidah disini dihadapan orang yg lebih mulia dari engkau wahai Umar (yaitu dihadapan Nabi saw), lalu Hassan berpaling pada Abu Hurairah ra dan berkata : “bukankah kau dengar Rasul saw menjawab syairku dg doa : wahai Allah bantulah ia (Hassan) dengan ruhulqudus?, maka Abu Hurairah ra berkata : “betul” (shahih Bukhari hadits no.3040, Shahih Muslim hadits no.2485)
Mengenai Larangan Rasul saw atas pujian sebagaimana Isa bin Maryam, tentunya jauh berbeda, dan orang wahabi itu buta, mereka tak bisa membedakan antara air putih dan arak, tentunya arak diharamkan, namun air putih adalah sunnah, mereka tak bisa membedakannya karena bodohnya, maka mereka mengharamkan semua orang untuk minum air, karena ditakutkan air itu adalah arak, padahal semua orang sangat bisa membedakan antara air dan arak, dari baunya, warnanya, rasanya, namun wahabi karena bodohnya maka mereka tak bisa membedakan mana pujian yg sunnah, mana pujian yg musyrik.
Dan yg lebih bodoh lagi adalah yg mengikuti dan membenarkan ucapan mereka ini,
Kita lihat riwayat perbuatan pengagungan para sahabat terhadap Nabi saw dibawah ini, saya yakin jika ini anda perbuat maka si wahabi wahabi itu akan memfitnah anda musyrik, padahal ini perbuatan sahabat :
Para sahabat hampir berkelahi saat berdesakan berebutan air bekas wudhunya Rasulullah saw (Shahih Bukhari Hadits no.186),
Setelah Rasul saw wafat maka Asma binti Abubakar shiddiq ra menjadikan baju beliau saw sebagai pengobatan, bila ada yg sakit maka ia mencelupkan baju Rasul saw itu di air lalu air itu diminumkan pada yg sakit (shahih Muslim hadits no.2069).
seorang sahabat meminta Rasul saw shalat dirumahnya agar kemudian ia akan menjadikan bekas tempat shalat beliau saw itu mushollah dirumahnya, maka Rasul saw datang kerumah orang itu dan bertanya : “dimana tempat yg kau inginkan aku shalat?”. Demikian para sahabat bertabarruk dengan bekas tempat shalatnya Rasul saw hingga dijadikan musholla (Shahih Bukhari hadits no.1130)
Allah memuji Nabi saw dan Umar bin Khattab ra yg menjadikan Maqam Ibrahim as (bukan makamnya, tetapi tempat ibrahim as berdiri dan berdoa di depan ka’bah yg dinamakan Maqam Ibrahim as) sebagai tempat shalat (musholla), sebagaimana firman Nya : “Dan jadikanlah tempat berdoanya Ibrahim sebagai tempat shalat” (QS Al Imran 97), maka jelaslah bahwa Allah swt memuliakan tempat hamba hamba Nya berdoa, bahkan Rasul saw pun bertabarruk dengan tempat berdoanya Ibrahim as, dan Allah memuji perbuatan itu.
Diriwayatkan ketika Rasul saw baru saja mendapat hadiah selendang pakaian bagus dari seorang wanita tua, lalu datang pula orang lain yang segera memintanya selagi pakaian itu dipakai oleh Rasul saw, maka riuhlah para sahabat lainnya menegur si peminta, maka sahabat itu berkata : “aku memintanya karena mengharapkan keberkahannya ketika dipakai oleh Nabi saw dan kuinginkan untuk kafanku nanti” (Shahih Bukhari hadits no.5689), demikian cintanya para sahabat pada Nabinya saw, sampai kain kafanpun mereka ingin yang bekas sentuhan tubuh Nabi Muhammad saw.
Sayyidina Umar bin Khattab ra ketika ia telah dihadapan sakratulmaut, Yaitu sebuah serangan pedang yg merobek perutnya dengan luka yg sangat lebar, beliau tersungkur roboh dan mulai tersengal sengal beliau berkata kepada putranya (Abdullah bin Umar ra), "Pergilah pada ummulmukminin, katakan padanya aku berkirim salam hormat padanya, dan kalau diperbolehkan aku ingin dimakamkan disebelah Makam Rasul saw dan Abubakar ra", maka ketika Ummulmukminin telah mengizinkannya maka berkatalah Umar ra : "Tidak ada yang lebih kupentingkan daripada mendapat tempat di pembaringan itu” (dimakamkan disamping makam Rasul saw” (Shahih Bukhari hadits no.1328). Dihadapan Umar bin Khattab ra Kuburan Nabi saw mempunyai arti yg sangat Agung, hingga kuburannya pun ingin disebelah kuburan Nabi saw, bahkan ia berkata : "Tidak ada yang lebih kupentingkan daripada mendapat tempat di pembaringan itu”
Demikian pula Abubakar shiddiq ra, yang saat Rasul saw wafat maka ia membuka kain penutup wajah Nabi saw lalu memeluknya dengan derai tangis seraya menciumi tubuh beliau saw dan berkata : “Demi ayahku, dan engkau dan ibuku wahai Rasulullah.. , Tiada akan Allah jadikan dua kematian atasmu, maka kematian yang telah dituliskan Allah untukmu kini telah kau lewati”. (Shahih Bukhari hadits no.1184, 4187).
Salim bin Abdullah ra melakukan shalat sunnah di pinggir sebuah jalan, maka ketika ditanya ia berkata bahwa ayahku shalat sunnah ditempat ini, dan berkata ayahku bahwa Rasulullah saw shalat di tempat ini, dan dikatakan bahwa Ibn Umar ra pun melakukannya. (Shahih Bukhari hadits no.469).
Demikianlah keadaan para sahabat Rasul saw, bagi mereka tempat-tempat yang pernah disentuh oleh Tubuh Muhammad saw tetap mulia walau telah diinjak ribuan kaki, mereka mencari keberkahan dengan shalat pula ditempat itu, demikian pengagungan mereka terhadap sang Nabi saw.
Dalam riwayat lainnnya dikatakan kepada Abu Muslim, wahai Abu Muslim, kulihat engkau selalu memaksakan shalat ditempat itu?, maka Abu Muslim ra berkata : Kulihat Rasul saw shalat ditempat ini” (Shahih Bukhari hadits no.480).
Sebagaimana riwayat Sa’ib ra, : "aku diajak oleh bibiku kepada Rasul saw, seraya berkata : Wahai Rasulullah.. , keponakanku sakit.., maka Rasul saw mengusap kepalaku dan mendoakan keberkahan padaku, lalu beliau berwudhu, lalu aku meminum air dari bekas wudhu beliau saw, lalu aku berdiri dibelakang beliau dan kulihat Tanda Kenabian beliau saw" (Shahih Muslim hadits no.2345).
Riwayat lain ketika dikatakan pada Ubaidah ra bahwa kami memiliki rambut Rasul saw, maka ia berkata: “Kalau aku memiliki sehelai rambut beliau saw, maka itu lebih berharga bagiku dari dunia dan segala isinya” (Shahih Bukhari hadits no.168). demikianlah mulianya sehelai rambut Nabi saw dimata sahabat, lebih agung dari dunia dan segala isinya.
Diriwayatkan oleh Abi Jahiifah dari ayahnya, bahwa para sahabat berebutan air bekas wudhu Rasul saw dan mengusap2kannya ke wajah dan kedua tangan mereka, dan mereka yang tak mendapatkannya maka mereka mengusap dari basahan tubuh sahabat lainnya yang sudah terkena bekas air wudhu Rasul saw lalu mengusapkan ke wajah dan tangan mereka” (Shahih Bukhari hadits no.369, demikian juga pada Shahih Bukhari hadits no.5521, dan pada Shahih Muslim hadits no.503 dengan riwayat yang banyak).
Diriwayatkan ketika Anas bin malik ra dalam detik detik sakratulmaut ia yg memang telah menyimpan sebuah botol berisi keringat Rasul saw dan beberapa helai rambut Rasul saw, maka ketika ia hampir wafat ia berwasiat agar botol itu disertakan bersamanya dalam kafan dan hanut nya (shahih Bukhari hadits no.5925)
Dan belasan riwayat lainnya dari riwayat shahih dan tsiqah bahwa para sahabat memuliakan Rasulullah saw, dengan syair, dengan perbuatan, pengorbanan, dan pengagungan.
Tampaknya kalau mereka ini hidup di zaman sekarang, tentulah para sahabat ini sudah dikatakan musyrik, tentu Abubakar sudah dikatakan musyrik karena menangisi dan memeluk tubuh Rasul saw dan berbicara pada jenazah beliau saw, demikian pula Umar ra yg saat wafat bukannya ingat syahadat malah ingat ingin dimakamkan disebelah kubur Nabi saw, demikian semua sahabat,
Inilah bodohnya wahabi, dan seluruh Ulama dan Imam Seluruh madzhab tak satupun mengharamkan pujian pada Rasul saw, hanya wahabi saja yg menolak, memang mereka ini tak berhak berkumpul dengan para pecinta Rasul saw, karena mereka menganggap Rasul saw sama dengan manusia lainnya, padahal Allah swt telah berfirman : “Nabi (saw) mesti lebih didahulukan dari setiap mukmin dari diri mereka sendiri, dan istri istri beliau adalah ibunda kaum mukminin” (QS Al Ahzab 6).
Lalu bagaimana dengan riwayat berikut :
Berkata Anas ra : “Tak kutemukan sutra atau kain apapun yang lebih lembut dari telapak tangan Rasulullah saw, dan tak kutemukan wewangian yang lebih wangi dari keringat dan tubuh Rasul saw” (Shahih Bukhari hadits no.3368). “Kami tak melihat suatu pemandangan yg lebih menakjubkan bagi kami selain Wajah Nabi saw”. (Shahih Bukhari hadits no.649 dan Muslim hadits no.419)
Dari Abu Hurairah ra : “Wahai Rasulullah.. , bila kami memandang wajahmu maka terangkatlah hati kami dalam puncak kekhusyu’an, bila kami berpisah maka kami teringat keduniawan, dan mencium istri kami dan bercanda dengan anak anak kami” (Musnad Ahmad Juz 2 hal.304, hadits no.8030 dan Tafsir Ibn katsir Juz 1 hal.407 dan Juz 4 hal.50).
Diriwayatkan bahwa Abu Sa’id bin Ma’la ra sedang shalat dan ia mendengar panggilan Rasul saw memanggilnya, maka Abu Sa’id meneruskan shalatnya lalu mendatangi Rasul saw dan berkata : Aku tadi sedang shalat Wahai Rasulullah.. , maka Rasul saw bersabda : “Apa yang menghalangimu dari mendatangi panggilanku? , bukankah Allah telah berfirman “WAHAI ORANG-ORANG YANG BERIMAN DATANGILAH PANGGILAN ALLAH DAN RASUL NYA BILA IA MEMANGGIL KALIAN”.(Al Anfal 24). (Shahih Bukhari hadits no.4204, 4370, 4426, 4720). Dan bahwa mendatangi panggilan Rasul saw ketika sedang shalat tak membatalkan shalat, dan mendatangi panggilan beliau lebih mesti didahulukan dari meneruskan shalat, karena panggilan beliau adalah Panggilan Allah swt, perintah beliau saw adalah perintah Allah swt, dan ucapan beliau saw adalah wahyu Allah swt...
maka jelas sudah bahwa pujian pada Nabi saw adalah hal yg masyru, dan menentangnya adalah kesalahan yg nyata.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam adalah seorang yang sangat elok akhlaknya dan sangat agung wibawanya. Akhlak beliau adalah Al-Qur’an sebagaimana yang dituturkan ‘Aisyah Radhiallaahu anha, ia berkata: “Akhlak Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam adalah Al-Qur’an.” (HR. Muslim).
Beliau juga pernah bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad).
Salah satu bentuk ketawadhu’an Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam adalah beliau tidak suka dipuji dan disanjung secara berlebihan.
Dari Umar bin Kaththab Radhiallaahu anhu ia berkata: Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam pernah bersabda: “Janganlah kamu sanjung aku (secara berlebihan) sebagaimana kaum Nasrani menyanjung ‘Isa bin Maryam alaihis Salam secara berlebihan. Aku hanyalah seorang hamba Allah, maka panggillah aku dengan sebutan: hamba Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Abu Daud).
Dari Anas bin Malik Radhiallaahu anhu ia berkata: “Ada beberapa orang memanggil Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam sambil berkata: “Wahai Rasulullah, wahai orang yang terbaik dan anak orang yang terbaik di antara kami, wahai junjungan kami dan anak dari junjungan kami.” Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam segera menyanggah seraya berkata: “Wahai sekalian manusia, katakanlah sewajarnya saja! Jangan sampai kamu digelincirkan setan. Aku adalah Muhammad hamba Allah dan rasul-Nya. Aku tidak sudi kamu angkat di atas kedudukan yang dianugrahkan Allah Subhannahu wa Ta'ala kepadaku.” (HR. An-Nasai).
Sebagian orang ada yang menyanjung Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam secara berlebihan. Sampai-sampai ia meyakini bahwa Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam mengetahui ilmu ghaib atau meyakini bahwa beliau memiliki hak untuk memberikan manfaat dan menurunkan mudharat, bahwa beliau dapat mengabulkan segala permintaan dan menyembuhkan segala penyakit. Padahal Allah Subhannahu wa Ta'ala telah menyanggah keyakinan seperti itu.
Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman: “Katakanlah: “Aku tidak berkuasa menarik keman-fa’atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan.” (Al-Araf: 188).
Demikianlah akhlak Nabi yang mulia, seorang utusan Allah Subhannahu wa Ta'ala, sebaik-baik manusia di muka bumi dan seutama-utama makhluk di kolong langit. Beliau senantiasa tunduk patuh dan bertaubat kepada Rabbnya. Beliau tidak menyukai kesombongan, bahkan beliau adalah pemimpin kaum yang tawadhu’ dan penghulu kaum yang tunduk patuh kepada Rabb Subhannahu wa Ta'ala.
Anas bin Malik Radhiallaahu anhu mengungkapkan: “Tidak ada seorangpun yang lebih mereka cintai daripada Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam. Walaupun begitu, apabila mereka melihat beliau, mereka tidak berdiri untuk menyambut beliau. karena mereka mengetahui bahwa beliau Shallallaahu alaihi wa Salam tidak menyukai cara seperti itu.” (HR. Ahmad).
Layangkanlah pandanganmu kepada Nabi umat ini Shallallaahu alaihi wa Salam. Saksikan sikap tawadhu’ beliau yang sangat mengagumkan dan keelokan akhlak yang langka ditemukan. Beliau tetap bersikap tawadhu’ terhadap seorang wanita miskin. Beliau luangkan waktu untuk melayaninya, padahal waktu beliau penuh dengan amal ibadah.
Dari Anas bin Malik Radhiallaahu anhu ia berkata: “Suatu hari seorang wanita datang menemui Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam ia mengadu kepada beliau sambil berkata: “Wahai Rasulullah, saya membutuhkan sesuatu dari Anda.” Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam berkata kepadanya: “Pilihlah di jalan mana yang kamu kehendaki di kota Madinah ini, tunggulah aku di sana, niscaya aku akan menemuimu (melayani keperluan-mu) .” (HR. Abu Daud).
Sungguh, beliau adalah pemimpin segenap ahli tawadhu’ baik dalam ilmu ataupun amal.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu dari Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam beliau bersabda: “Andaikata aku diundang makan paha atau kaki binatang, niscaya aku kabulkan undangannya. Andaikata kepadaku hanya dihadiahkan kaki atau paha binatang, tentu akan aku terima hadiah itu.” (HR. Al-Bukhari).
Semoga hadits Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam tadi menjadi pelajaran sekaligus peringatan bagi orang-orang yang takabbur dari sifat sombong dan angkuh.
Abdullah bin Mas’ud Radhiallaahu anhu meriwayatkan dari Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bahwa beliau bersabda: “Tidak akan masuk Surga orang yang di dalam hatinya terdapat sebesar biji zarrah kesombongan.” (HR. Muslim).
Sifat sombong merupakan jalan menuju Neraka, meskipun hanya sebesar biji zarrah. Cobalah lihat hukuman yang ditimpakan terhadap orang yang sombong dan angkuh cara berjalannya. Betapa besar kemurkaan dan kemarahan yang diturunkan Allah Subhannahu wa Ta'ala atasnya. Dan betapa pedih siksa yang dideritanya.
Dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu dari Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam beliau bersabda: “Ketika seorang lelaki berjalan dengan mengenakan pakaiannya, takjub dengan kehebatan dirinya sendiri, rambutnya tersisir rapi, berjalan dengan angkuh. Namun tiba-tiba Allah Subhannahu wa Ta'ala menenggelamkannya. Dia terus terbenam ke dasar bumi sampai hari Kiamat.” (Muttafaq ‘alaih).
Cobalah perhatikan uban yang menghiasi rambut beliau. Jumlahnya lebih kurang delapan belas helai di kepala dan janggut beliau. Camkanlah dengan mata hatimu, dengarkanlah kisah uban putih tersebut dari penuturan beliau. Abu Bakar Radhiallaahu anhu pernah bertanya: “Wahai Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam, sungguh Anda telah beruban.” Beliau menjawab: “Surat Hud, surat Al-Waqi’ah, surat Al-Mursalat, surat ‘Amma yatasaa‘aluun dan surat Idzasy Syamsu kuwwirat telah menyebabkan aku beruban.” (HR. At-Tirmdzi).
• Seseorang yang mencoba melakukan apa-apa yang dilarang Allah swt selain dosa syirik, masih lebih daripada dia berfikir dengan pandangan ilmu kalam.
• Jika aku melihat seseorang yang ahli hadits, seakan-akan aku melihat seseorang dari sahabat Nabi saw. Mereka telah menjaga untuk kita keaslian sunnah Nabi Muhammad saw, maka mereka berhak mendapat pujian dari kita. Dan fiqih adalah tuannya ilmu, karena dengannnya hadits dapat dipahami.
• Tujuan dari ilmu adalah mengamalkannya, maka ilmu yang hakiki adalah yang terefleksikan dalam kehidupannya, bukannya yang bertengger di kepala.
• Satu hal yang dapat menyia-nyiakan orang yang berilmu dan yang dapat menghilangkan posisinya sebagai seorang ‘alim adalah ketika ia tidak mempunyai kawan.
• Jangan sekali-kali kamu tinggal di suatu Negara atau tempat yang yang disana tidak ada orang yang ahli dibidang fiqih sebagai tempat kamu untuk menanyakan masalah agama, dan juga tidak ada dokter yang dapat menjelaskan kondisi kesehatanmu.
• Tidak ada satupun ilmu yang ingin aku pelajari setelah aku memahami tentang masalah halal dan haram, kecuali ilmu kedokteran, tapi mengapa kita jauh terbelakang disbanding dengan orang-orang nasrani?
• Jika engkau melihat seseorang berjalan di atas air dan bisa terbang di udara, maka janganlah kehebatan itu menjadikan kalian lengah dan terheran-heran kepadanya sampai kamu mengetahui secara persis atas apa yang di kerjakannya itu berlandaskan pada Al-Qur’an dan as-sunnah.
• Jika rasa ujub menghinggapi aktifitasmu, maka lihatlah keridhaan siapa yang kau harapkan, pahala mana yang kau suka, sanksi mana yang kau benci. Maka jika engkau memikirkan satu di antara kedua hal ini, niscaya akan hadir di depan matamu apa yang sudah kamu lakukan.
• Tawadhu’ adalah perkara yang sangat diidam-idamkan. Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah mereka yang tidak melihat kedudukannya sendiri. Akan tetapi tawadhu’ dihadapan orang yang tidak bisa menghargai orang lain merupakan bentuk kezhaliman terhadap diri sendiri.
• Menghindarkan telinga dari mendengar hal-hal yang tidak baik merupakan suatu keharusan, sebagaimana seseorang mensucikan tutur katanya dari ungkapan buruk.
• Kedermawanan dan kemuliaan adalah dua hal yang dapat menutupi aib.
• Kesabaran adalah akhlak mulia, yang dengannya setiap orang dapat menghalau segala rintangan.
• Takabur ( sombong ) adalah akhlak tercela.
• Bid’ah itu terbagi menjadi dua macam : segala sesuatu yang baru dan tidak sejalan dengan kitab, sunnah, atsar, ijma’ itu merupakan bid’ah dhalalah ( bid’ah yang sesat ). Sementara jika sesuatu yang baru itu tidak berseberangan dengan Al-Qur’an, hadits, atsar dan ijma’, maka sesuatu yang baru itu disebut bid’ah hasanah ( bid’ah yang baik ).
• Cukuplah ilmu itu menjadi keutamaan bagi seseorang, ia bangga manakala disebut sebagai orang berilmu. Ia juga disebut bodoh manakala meninggalkan bagian dari pengetahuannya, dan jika kata bodoh itu ditujukan kepadanya, tentu ia akan marah.
• Pekerjaan terberat itu ada tiga ; Sikap dermawan di saat dalam keadaan sempit; Menjauhi dosa di kala sendiri; Berkata benar di hadapan orang yang ditakuti.
• Barangsiapa yang ingin menjadi seorang pemimpin, niscaya kedudukan yang didambakannya itu akan meninggalkannya, dan jika ia telah menduduki jabatan, maka ia akan ditinggalkan banyak ilmu.
• Yang paling nampak pada diri manusia adalah kelemahannya, maka barangsiapa melihat kelemahan dirinya sendiri, ia akan menggapai keistiqamahan terhadap perintah Allah swt.
• Dunia adalah tempat yang licin nan menggelincirkan, rumah yang hina, bangunan-bangunanny a akan runtuh, penghuninya akan beralih ke kuburan, perpisahan dengannya adalah sesuatu keniscayaan, kekayaan di dunia sewaktu-waktu bisa berubah menjadi kemiskinan, bermegah-megahan adalah suatu kerugian, maka memohonlah perlindungan Allah swt, terimalah dengan hati yang lapang segala karunia-Nya. Jangan terpesona dengan kehidupanmu di dunia sehingga meninggalkan kehidupan Akhirat. Ketahuilah, sesungguhnya hidupmu di dunia akan sirna, dindingnya juga miring dan hancur, maka perbanyaklah perbuatan baik dan jangan terlalu banyak berangan-angan.
• Menganggap benar dengan hanya satu pandangan merupakan suatu bentuk ketertipuan. Berpegangan dengan suatu pendapat itu lebih selamat daripada berkelebihan dan penyesalan. Melihat dan berpikir, keduanya akan menyingkap keteguhan hati dan kecerdasan. Bermusyawarah dengan orang bijak merupakan bentuk kemantapan jiwa dan kekuatan mata hati. Maka, berpikirlah sebelum menentukan suatu ketetapan, atur strategi sebelum menyerang, dan musyawarahkan terlebih dahulu sebelum melangkah maju ke depan.
• Kebaikan itu ada di lima perkara : kekayaan hati, bersabar atas kejelekan orang lain, mengais rezeki yang halal, taqwa, dan yakin akan janji Allah swt.
• Pilar kepemimpinan itu ada lima : perkataan yang benar, menyimpan rahasia, menepati janji, senantiasa memberi nasihat dan menunuaikan amanah.
• Keluarga manapun yang wanita-wanitanya tidak pernah bertemu dengan laki-laki yang bukan anggota keluarga, dan laki-lakinya tidak pernah bertemu dengan wanita-wanita yang bukan dari keluarganya, niscaya akan ada dari anak-anak mereka yang bodoh.
• Keridhaan semua manusia adalah satu hal yang mustahil untuk dicapai, dan tidak ada jalan untuk terselamatkan dari lidah mereka, maka lakukanlah apa yang bermanfaat untuk dirimu dan berpegang teguhlah dengannya.
• Kesia-siaan seorang Alim adalah ketika dia tidak mempunyai kawan, dan kesia-siaan seorang yang bodoh adalah pikirannya yang dangkal. Dan yang lebih sia-sia dari keduanya adalah seorang yang punya kawan namun tak berakal.
• Barangsiapa yang dipancing untuk marah, namun ia tidak marah, maka dia tak ubahnya keledai, dan barangsiapa yang diminta keridhaannya namun tidak ridha, maka dia adalah syetan.
• Terimalah dariku tiga hal :
a. Jangan berbicara panjang lebar tentang sesuatu yang tidak baik perihal Sahabat Rasulullah saw, karena kelak Rasulullah saw nantinya yang akan menjadi seterumu.
b. Janganlah kamu sibukkan dirimu dengan ilmu kalam, sesungguhnya aku telah melakukan kajian dengan ahli ilmu kalam dan mereka telah melakukan ta’thil ( meniadakan sifat Allah swt ).
c. Dan jangan menyibukkan dirimu dalam nujum ( ramalan dengan bintang ).
• Kenyang itu akan membuat badan jadi berat, mengeraskan hati, menghilangkan kecerdasan, mengajak tidur dan melemahkan ibadah.
• Engkau harus berlaku Zuhud, sesungguhnya zuhudnya orang yang zuhud itu lebih baik dari perhiasan yang ada pada tubuh wanita yang menawan.
• Dasar ilmu adalah kemantapan dan buahnya adalah keselamatan. Dasar Wara’ ( menjaga diri dari sesuatu yang meragukan ) adalah Qona’ah ( menerima karunia Allah swt dengan dada yang lapang ) dan buahnya adalah ketenangan batin. Dasar Kesabaran adalah keteguhan hati dan buahnya adalah kemenangan. Dasar suatu Aktifitas adalah Taufiq ( pertolongan Allah swt ) dan buahnya adalah kesuksesan. Dasar Tujuan akhir dari segala Perkara adalah Shidiq ( benar ).
• Terlalu keras dan menutup diri terhadap orang lain akan mendatangkan musuh, dan terlalu terbuka juga akan mendatangkan kawan yang tidak baik, maka posisikan dirimu di antara keduanya.
• Jadikanlah diam sebagai sarana atas pembicaraanmu, dan tentukan sikap dengan berfikir.
• Manusia yang paling tinggi kedudukannya adalah mereka yang tidak melihat kedudukan dirinya, dan manusia yang paling banyak memiliki kelebihan adalah mereka yang tidak melihat kelebihan dirinya.
• Jika engkau mendengar sesuatu yang engkau benci tentang sahabatmu, maka jangan tergesa-gesa untuk memusuhinya, memutus tali persahabatan, dan kamu menjadi orang yang telah menghilangkan suatu keyakinan dengan keraguan. Tetapi temuilah dia! Dan katakan kepadanya, “Aku mendengar kamu melakukan ini dan itu….?” Tentunya dengan tanpa memberitahukan kepadanya siapa yang memberi informasi kepadamu. Jika ia mengingkarinya, maka katakana kepadanya, “Kamu lebih jujur dan lebih baik”, cukup kalimat itu saja dan jangan menambahi kalimat apapun. Namun jika ia mengakui hal itu, dan ia mengemukakan argumentasinya akan hal itu, maka terimalah.
• Sesungguhnya Hasad itu terlahir dari suatu kehinaan, lekatnya tabiat, perubahan struktur tubuhnya, runtuhnya temperatur tubuh dan lemahnya daya nalarnya.
• Orang yang paling Zhalim adalah mereka yang melakukan kezhaliman itu pada dirinya sendiri. Bentuk kezhaliman itu adalah :
o orang yang bersikap tawadhu’ ( rendah hati ) di depan orang yang tidak menghargainya.
o menumpahkan kasih sayangnya kepada orang yang tidak ada nilai manfaat.
o mendapat pujian dari orang yang tidak dikenalnya.
• Siapa yang menginginkan khusnul khotimah dipenghujung umurnya, hendaknya ia berprasangka baik kepada manusia.
• Bersihkan pendengaran kalian dari hal-hal yang tidak baik, sebagaimana kalian membersihkan mulut kalian dari kata-kata kotor, sesungguhnya orang yang mendengar itu tidak jauh berbeda dengan yang berucap. Sesungguhnya orang bodoh itu melihat sesuatu yang paling jelek dalam dirinya, kemudian ia berkeinginan untuk menumpahkannya dalam diri kalian, andaikan kalimat yang terlontarkan dari orang bodoh itu dikembalikan kepadanya, niscaya orang yang mengembalikan itu akan merasa bahagia, begitu juga dengan kehinaan bagi orang yang melontarkannya.
• Orang yang mengkaji ilmu faraid, dan sampai pada puncaknya, maka akan tampil sebagai sosok orang yang ahli berhitung. Adapun ilmu hadits, itu akan tampak nilai keberkahan dan kebaikannya pada saat tutup usia. Adapun ilmu fiqih merupakan ilmu yang berlaku bagi semua kalangan baik muda maupun yang tua, karena fiqih merupakan pondasi dasar dari segala ilmu.
• Di antara orang yang tidak mempunyai harga diri adalah mereka yang dengan mudahnya memberitahukan usianya kepada orang lain, karena kalau usianya lebih muda, tentu mereka akan menganggapnya rendah dan jika usianya lebih tua, tentu mereka akan beranggapan bahwa ia sudah pikun.
• Peranti terbentuknya harga diri itu ada empat : kemuliaan akhlak, kedermawanan, sikap santun dan ibadah ( yang istiqamah ).
• Tidak termasuk saudaramu orang yang senang mencari muka di hadapanmu.
• Tidak ada seorangpun yang hidup dengan tanpa adanya orang yang dicintai dan orang yang dibenci, kalau memang demikian realitasnya, maka hendaknya ia senantiasa bersama orang-orang yang taat kepada Allah swt.
• Jika telah ada akar yang tertanam dalam kalbu, maka lidah akan berperan sebagai pemberi kabar cabangnya.
• Karakter umum manusia adalah pelit, termasuk hal yang menjadi kebiasaannya adalah apabila ada orang yang mendekatinya, maka ia akan menjauhinya, dan apabila ada orang yang menjauh darinya, iapun akan mendekati orang itu.
• Siapa yang memberi nasehat saudaranya di tempat yang sunyi, maka ia telah melakukan perbaikan pada dirinya, dan siapa yang memberi nasehat saudaranya di tempat keramaian, sesungguhnya ia membuka aib dan menghianatinya.
• Seorang bijak menulis kepada seorang bijak lainnya : “wahai saudaraku, engkau telah dianugerahi ilmu, maka janganlah kamu kotori ilmumu dengan gelapnya dosa, sehingga kamu berada dalam kegelapan di saat para ahli ilmu berjalan dengan suluh ilmunya.
• Barangsiapa menghendaki akhirat, maka hendaknya ia ikhlas dalam mencari ilmu.
• Kepandaian itu ada dalam masalah agama, bukan dalam masalah keturunan, kalau saja kepandaian diukur dalam masalah keturunan, maka tak ada satu orang pun yang cakap seperti Fatimah putri Rasulullah saw dan putri-putri beliau yang lain.
• Tidak ada orang yang mencari ilmu yang disertai dengan kemalasan; dan kekayaan menjadikan seseorang beruntung, namun keberuntungan itu akan melekat dalam diri orang yang senantiasa mencari ilmu dengan disertai semangat yang tinggi dan prihatin sreta bersanding selalu dengan Ulama.
• Ilmu tidak akan dapat diraih kecuali dengan ketabahan.
• Janganlah kamu berkonsultasi kepada orang yang di rumahnya tidak terdapat makanan, karena hal tersebut menandakan tidak berfungsinya akal mereka.
• Bukanlah orang yang berakal itu manakala dihadapkan kepadanya perkara yang baik dan perkara yang buruk, lantas ia memilih yang baik, akan tetapi dikatakan orang berakal apabila dihadapkan kepadanya dua hal yang buruk lantas ia memilih yang paling ringan keburukannya di antara keduanya.
• Besarnya rasa takut itu sesuai dengan kapasitas ilmunya. Tiada seorang alim pun yang ia takuti kecuali kepada Allah swt. Yang merasa aman akan marah Allah swt, dialah si-jahil. Yang merasa takut akan marah Allah swt, dialah si-arif.
• Andaikan semua manusia memikirkan kandungan isi surah al-Ashr, tentu mereka akan merasa cukup dengannnya.
• Kalau aku melihat orang yang suka mengikuti hawa nafsunya, walaupun ia berjalan di atas air, aku tidak akan menemuinya.
• Barangsiapa mempelajari Al-Qur’an, maka mulia nilainya. Barangsiapa berbicara tentang fiqih, maka akan berkembang kemampuannya. Barangsiapa menulis hadits, maka akan kuat hujjahnya. Barangsiapa mengkaji bahasa, maka akan lembut tabiatnya. Barangsiapa mengkaji ilmu hitung, maka akan sehat pikirannya. Barangsiapa tidak menjaga jiwanya, maka ilmunya tidak akan berguna baginya.
• Perdebatan dalam agama akan mengeraskan hati dan menimbulkan rasa dendam.
• Tiada aib dalam diri Para Ulama yang lebih buruk dari kesenangan mereka terhadap apa yang Allah swt perintahkan kepada mereka untuk berlaku zuhud terhadapnya.
• Setiap orang yang berbicara dengan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Al-Hadits itulah orang orang yang bersungguh-sungguh, sementara orang yang berbicara dengan tanpa landasan dari keduanya itu merupakan bualan saja.
• Pondasi dasar adalah Al-Qur’an dan as-Sunnah. Jika tidak didapati dari keduanya, maka Qiyaslah berlaku. Jika hadits itu shahih, itulah yang disebut sunnah. Ijma’ itu lebih bisa dipertanggung jawabkan daripada hadits ahad. Yang diambil dari hadits itu adalah teksnya, namun jika hadits tersebut mengandung banyak penafsiran, maka carilah yang mendekati makna teksnya.
• Mencari ilmu lebih utama daripada shalat sunnah. Mempelajari hadits itu lebih baik daripada shalat tathawwu.
• Ilmu terbagi dua ; ilmu kesehatan dan ilmu agama. Yang dimaksud dengan ilmu agama disini adalah ilmu fiqih, sementara ilmu kesehatan adalah ilmu kedokteran.
• Orang yang pandai akan bertanya tentang apa yang ia ketahui dan tidak ia ketahui. Dengan menanyakan apa yang ia ketahui, maka ia akan semakin mantap, dan dengan menanyakan apa yang belum ia ketahui, maka ia akan menjadi tahu. Sementara orang bodoh itu meluapkan kemarahannya karena ( sulitnya ) ia belajar, dan tidak menyukai pelajaran.
• Sejelek-jelek bekal menuju ke alam akhirat adalah permusuhan dengan sesamanya.
• Kaji dan dalamilah sebelum engkau menduduki jabatan, karena kalau engkau telah mendudukinya, maka tidak ada kesempatan bagimu untuk mengkaji dan mendalaminya.
• Pelajarilah dengan teliti suatu pengetahuan, agar engkau tidak kehilangan kedalaman arti kandungannya.
• Pesona para ulama adalah jiwa yang mulia dan sebagai penghias pengetahuan yang dimilikinya adalah wara’ ( menjauhkan diri dari sesuatu yang belum jelas ) dan berlaku bijak.
• Siapa yang merasa bahwa dalam dirinya terkumpul dua cinta, cinta dunia dan cinta kepada penciptanya, maka ia telah berdusta.
• Ketahuilah bahwa orang yang jujur kepada Allah swt, ia akan selamat. Barangsiapa yang bersemangat dengan agamanya, ia pun akan selamat dari kerusakan, dan barangsiapa yang berlaku zuhud dengan urusan dunianya, niscaya kelak pahala Allah swt, akan nampak indah di matanya.
• Barangsiapa terkumpul dalam dirinya tiga sifat, maka imannya telah sempurna : orang yang menyeru kepada kebaikan dan dia juga melaksanakannya, melarang pada perbuatan buruk dan dia tidak melakukannya serta menjaga aturan-aturan yang telah Allah swt tetapkan.
• Berlakulah zuhud dalam menjalani hidup di dunia, dan cintailah kehidupan akhirat dan barangsiapa harum bau ( badan )nya, maka kecerdasannya akan semakin bertambah.
• Suatu keharusan bagi orang yang ‘alim adalah zikir dari setiap aktifitasnya yang dengannya akan terjalin komunikasi antara dirinya dengan Allah swt.
• Jikalau seseorang dari kalian berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai keridhaan setiap orang, niscaya ia tidak akan menemukan jalannya; maka hendaklah seorang hamba mengikhlaskan amalannya ke haribaan Allah swt.
• Tidak ada yang tahu tentang riya, kecuali orang yang ikhlas.
• Tak pantas, siapapun mengatakan halal dan haram kecuali berlandaskan pada pengetahuan. Dan ilmu itu adalah apa yang yang tertulis dalam Al-Qur’an, hadits, ijma’ ataupun qiyas. Dari dasar inilah kesemuanya akan terungkap maknanya.
• Keutamaan itu ada empat :
Pertama : hikmah, dan penopangnya adalah pemikiran.
Kedua : iffah ( menjaga harga diri ), dan penopangnya adalah syahwat.
Ketiga : kekuatan, penopangnya adalah kemarahan.
Keempat : adil, penopangnya adalah kekuatan jiwa.
• Kefaqiran Ulama adalah ikhtiar ( usaha ) dan kefaqiran orang-orang bodoh adalah goncangan jiwanya.
• Barangsiapa yang tidak dimuliakan karena ketaqwaannya, maka dia tidak memiliki harga diri.
• Mencari-cari kelebihan materi di dunia adalah hukuman yang Allah swt timpakan kepada ahli Tauhid.
• Barangsiapa benar dalam berukhuwah dengan saudaranya, maka kekurangannya akan diterima, kelemahannya akan ditutup dan kesalahan-kesalahan nya dimaafkan.
• Barangsiapa mengadu domba untuk kepentinganmu, maka dia akan mengadu domba dirimu; dan barangsiapa menyampaikan fitnah kepadamu, maka ia akan memfitnahmu.
• Barangsiapa jika engkau menyenangkannya, dia berkata : pada dirimu ada yang bukan milikmu. Begitu juga ketika kau membuatnya marah, dia berkata : pada dirimu ada yang bukan milikmu.
• Tak akan sempurna ( akal ) seorang laki-laki, kecuali dengan empat hal; beragama, amanah, pemeliharaan dan penjagaan diri, serta ketenangan dan ketabahan.
• Rendah hati adalah akhlaqnya mulia, sedang kesombongan adalah kebiasaan orang tercela. Rendah hati akan menumbuhkan kecintaan dan lapang dada menerima pemberian Allah swt akan melahirkan ketenangan jiwa.
• Andaikan aku ditakdirkan mampu menyuapkan ilmu kepadamu, pasti kusuapi engkau dengan ilmu.
• Aku akan merasa bahagia, jika semua orang mempelajari ilmu ini, dan sama sekali tidak menyandarkannya padaku.
• Betapa aku senang, jika semua ilmu yang aku ketahui dimengerti oleh semua orang, maka dengannya aku mendapat pahala, meskipun mereka tidak memujiku.
• Menuntut ilmu membutuhkan tiga hal : memiliki keterampilan, umur ( waktu ) yang panjang dan mempunyai kecerdasan.
• Sebaik-baik harta simpanan adalah taqwa, dan sejelek-jeleknya adalah sikap permusuhan.
• Siasat manusia jauh lebih dahsyat dari siasat binatang.
• Orang yang berakal adalah mereka yang dapat menjaga dirinya dari segala perbuatan tercela.
• Seorang hamba yang terjatuh pada perbuatan dosa selain dosa syirik itu lebih baik daripada ia terkungkung oleh hawa nafsunya.
• Barangsiapa yang dirinya terkalahkan oleh kuatnya syahwat dunia, maka ia akan senantiasa menjadi budak ahli dunia; dan barangsiapa yang qana’ah ( menerima karunianya dengan lapang dada ) maka akan hilang ketundukannya pada dunia.
• Tiada kebahagiaan yang menyamai persahabatan dengan saudara yang satu keyakinan, dan tiada kesedihan yang menyamai perpisahan dengan mereka.
• Berapa banyak orang yang telah berbuat kebajikan kepadamu yang membuatmu terbelenggu dengannya, dan berapa banyak orang yang memperlakukanmu dengan kasar dan ia memberi kebebasan kepadamu.
• Barangsiapa yang menghargai dirinya melebihi kapasitasnya, maka Allah swt akan mengembalikannya kepada nilai sesungguhnya dalam dirinya.
• Barangsiapa berhias diri dengan kebatilan, maka Allah swt akan membuka penutup kejelekannya.
• Hendaklah ada bersama ahli fiqih seorang yang bodoh, sehingga ia dapat memberi pelajaran kepadanya.
• Yang menjadi pengganti Nabi Muhammad saw itu ada lima : Sayyidina Abu Bakar Ash Shiddiq, Sayyidina Umar bin Khattab, Sayyidina Utsman bin Affan, Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Sayyidina Umar bin Abdul Aziz.
• Barangsiapa yang ditertawakan karena suatu masalah, maka ia tidak akan pernah melupakan masalah tersebut.
• Tingkat tertinggi para Ulama adalah ketaqwaan, perhiasan mereka adalah akhlaq mulia dan pesona mereka adalah jiwa yang agung.
• Jika kalian melihat kitab yang didalamnya ada catatan tambahan dan perbaikan, maka lihatlah kebenaran yang ada didalamnya.
• Mereka yang menguasai bahasa arab adalah jin yang berupa manusia, mereka melihat apa yang tidak dilihat orang lain.
• Sesungguhnya akal itu punya batas maximal, sebagaimana mata juga mempunyai batas pandang maximal.
• Orang yang selalu menjaga dirinya akan senantiasa bersungguh-sungguh.
• Pertolongan adalah zakatnya muru’ah.
• Jika terdapat banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, maka mulailah dari yang terpenting dan mendesak.
• Barangsiapa menyimpan rahasianya, maka kebaikan ada di tangannya.
• Siapa yang menghendaki kehidupan dunia, maka harus disertai dengan ilmu; dan siapa menghendaki akherat, juga harus dengan ilmu.