Jumat, Oktober 15, 2010

Cahaya Wudhu.

Assalamu'alaikum.

Sampailah kita pada hadits mulia, yang mana Nabi kita Muhammad SAW ingin membanggakan ummatnya di hari kiamat, seraya bersabda :

إِنَّ أُمَّتِيْ يُدْعَوْنَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِيْنَ مِنْ آثَارِ اْلوُضُوْءِ فَمَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يُطِيْلَ غُرَّتَهُ فَلْيَفْعَلْ ( صحيح البخاري

“ Sungguh ummatku digelari di hari kiamat sebagai cahaya yang terang benderang, dari bekas wdhunya, maka barangsiapa yang mampu diantara kalian untuk memperluas bagian ( yang disentuh air) pada anggota wudhunya , maka lakukanlah ( HR. Bukhari )

Maksud dari hadits ini adalah memperbanyak wudhu. Dan para ulama’ kita di dalam mazhab As Syafi’i diantaranya Al Imam An Nawawi Al Imam Ar Raafi’i dan lainnya mengatakan, yang di maksud adalah anggota wudhu itu kita lebihkan yang di sentuh air . Jadi kalau wajah sudah jelas anggota wudhu dan batasnya dari telinga kiri ke telinga kanan dari ujung dahi teratas sampai ujung dagu, itu batas yang wajib terkena air dalam berwudhu.

Kalau mau mendapatkan Ghurran Muhajjalin ( cahaya yang terang benderang ), maka membasuhnya diperluas ke kanan kiri dan atas bawah hingga sampai ke leher, jadi bukan hanya batas wajib saja yang terkena air wudhu.

Kalau membasuh tangan disunnahkan untuk melebihkannya sampai tengah-tengah ‘adhud (di antara siku dan tulang punggung, di atas siku) bukan di siku karena kalau sampai di siku itu adalah batas wajib. Jadi agar mendapatkan ghurran muhajjalin, maka basuhlah tangan sampai ke atas siku.

Adapun kaki, maka membasuhnya dilebihkan sedikit di atas mata kaki. Jadi kalau berwudhu jangan dipaskan di batasan yang wajib saja, tapi lebihkan sedikit. Demikian pula rambut jangan di hanya yang fardhu saja, untuk rambut meskipun yang dikenai air hanya beberapa helai saja itupun sudah sah wudhunya, tapi sunnah kesemuanya untuk mendapatkan Ghurran muhajjalin.Maka kita akan dibanggakan oleh Nabi kelak di hari kiamat.

Demikian sabda Rasulullah SAW yang tiada lain Rasul ingin kita bercahaya, Rasul SAW ingin kita terang benderang, Rasul ingin kita indah, tampan dan cantik di hari kiamat karena bekas air wudhu, Ghurran Muhajjalin di hari kiamat. Ghurran itu adalah salah satu bintang seperti najm, bintang yang berpijar. Muhajjalin itu berpijar dengan cahaya yang terang benderang. Indahnya Sang Nabi memberi tahu perhiasan yang memperindah wajah kita di hari kiamat yaitu dengan memperbanyak wudhu , dan wudhu itu menghapus dosa. Nabi kita Muhammad shalallahu alaihi wasallam selalu menginginkan kita pada sesuatu yang paling mulia, pada hal-hal yang paling indah.

Semoga aku dan kalian di hari kiamat berkumpul dengan golongan “ Ghurran Muhajjalin” wajah yang terang benderang karena bekas air wudhu kita. Dan semoga hadits yang kita baca ini membawa keberkahan bagi kita, karena hadits ini sangat musalsal dari guru ke guru hingga kepada Rasulullah SAW. Semoga kita di dalam kemuliaan Ghurran Muhajjalin di yaumul qiyamah dan juga di dunia kita terang benderang dengan cahaya wudhu’ kita,.. Amiin Allahumma Amiin.

(Tausyiah Habib Munzir al Musawa)

Wassalam.

Doa Mengatasi Gundah & Hutang.

Assalamu'alaikum.

Di Riwayatkan suatu ketika Rasul saw masuk ke masjid, maka terlihatlah seorang lelaki dari Anshar yg bernama Abu Umamah ra, maka bersabda Rasulullah saw : Wahai Abu Umamah, mengapa kulihat kumu duduk di masjid di selain waktu shalat..?”, ia menjawab : “gundah.. aku dijerat hutang wahai Rasulullah..”, maka bersabda Rasulullah saw : ”maukah kau kuajari kalimat yg jika kau ucapkan maka Allah akan menghilangkan gundahmu dan terselesaikan hutangmu?”, maka Abu Umamah ra : “ajari aku wahai Rasulullah..”, maka Rasul saw bersabda : “Jika di pagi harimu dan sore harimu ucapkanlah :

اَللَّهُمَّ اِنِّيْ اَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ ، وَاَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَاَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَاَعُوْذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ

'Allahumma inni audzubika minal hammi wal hajan wa audzubika minal 'ajzi walkasal wa audzubika minal jubni wal bukhli wa audzubika min ghalabatid dayni wa qahrirrijal.'

Maka berkata Abu Umamah ra : kulakukan itu maka Allah menghilangkan gundahku dan dan terselesaikan hutangku” (Hadits hasan). (Al Adzkar Imam Nawawi)

Saudara/i ku,Semoga dalam kebahagiaan selalu, semoga sukses dg segala cita cita..Amiin.

Wallahu a'lam

Karomah Sayyidina Umar Bin Khattab RA.


Sayyidina Umar Bin Khattab RA.

* Diceritakan bahwa `Umar bin Khattab r.a. mengangkat Sariyah bin Zanim al-Khalji sebagai pemimpin salah satu angkatan perang kaum muslimin untuk menycrang Persia. Di Gerbang Nihawan, Sariyah dan pasukannya terdesak karena jumlah pasukan musuh yang sangat banyak, sehingga pasukan muslim hampir kalah. Sementara di Madinah, `Umar naik ke atas mimbar dan berkhutbah. Di tengah-tengah khutbahnya, 'Umar berseru dengan suara lantang, "Hai Sariyah, berlindunglah ke gunung. Barangsiapa menyuruh esrigala untuk menggembalakan kambing, maka ia telah berlaku zalim!" Allah membuat Sariyah dan seluruh pasukannya yang ada di Gerbang Nihawan dapat mendengar suara `Umar di Madinah. Maka pasukan muslimin berlindung ke gunung, dan berkata, "Itu suara Khalifah `Umar." Akhirnya mereka selamat dan memperoleh kemenangan.

Al Taj al-Subki menjelaskan bahwa ayahnya (Taqiyuddin al-Subki) menambahkan cerita di atas. Pada saat itu, Ali menghadiri khutbah `Umar lalu ia ditanya, "Apa maksud perkataan Khalifah `Umar barusan dan di mana Sariyah sekarang?" Ali menjawab, "'Doakan saja Sariyah. Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya." Dan setelah kejadian yang dialami Sariyah dan pasukannya diketahui umat muslimin di Madinah, maksud perkataan `Umar di tengah-tengah khutbahnya tersebut menjadi jelas

Menurut al Taj al-Subki, `Umar r.a. tidak bermaksud menunjukkan karamahnya ini, Allah-lah yang menampakkan karamahnya, sehingga pasukan muslimin di Nihawan dapat melihatnya dengan mata telanjang, seolah-olah `Umar menampakkan diri secara nyata di hadapan mereka dan meninggalkan majelisnya di Madinah sementara seluruh panca indranya merasakan bahaya yang menimpa pasukan muslimin di Nihawan. Sariyah berbicara dengan `Umar seperti dengan orang yang ada bersamanya, baik `Umar benar-benar bersamanya secara nyata atau seolah-olah bersamanya. Para wali Allah terkadang mengetahui hal-hal luar biasa yang dikeluarkan oleh Allah melalui lisan mereka dan terkadang tidak mengetahuinya. Kedua hal tersebut adalah karamah.

* Dalam kitab al-Syamil, Imain al-Haramain menceritakan Karamah 'Umar yang tampak ketika terjadi gempa bumi pada masa pemerintahannya. Ketika itu, 'Umar malah mengucapkan pujian dan sanjungan kepada Allah, padahal bumi bergoncang begitu menakutkan. Kemudian `Umar memukul bumi dengan kantong tempat susu sambil berkata, "Tenanglah kau bumi, bukankah aku telah berlaku adil kepadamu." Bumi kembali tenang saat itu juga. Menurut Imam al-Haramain, pada hakikatnya `Umar r.a. adalah amirul mukminin secara lahir dan batin juga sebagai khalifah Allah bagi bumi-Nya dan bagi penduduk bumi-Nya, sehingga `Umar mampumemerintahkan dan menghentikan gerakan bumi, sebagaimana ia menegur kesalahan-kesalahan penduduk bumi.

* Dalam kitab Thabaqat al-Munawi al-Kubra. Dalam kitab tersebut juga dikemukakan karamah 'Umar yang lainnya yaitu ketika ada orang yang bercerita dusta kepadanya, lalu `Umar menyuruh orang itu diam. Orang itu bercerita lagi kepada `Umar, lalu Umar menyuruhnya diam. Kemudian orang itu berkata, "Setiap kali aku berdusta kepadamu, niscaya engkau menyuruhku diam."

* Fakhrurrazi dalam tafsir surah Al-Kahfi menceritakan bahwa salah satu kampung di Madinah dilanda kebakaran. Kemudian `Umar menulis di secarik kain, "Hai api, padamlah dengan izin Allah!" 'Secarik kain itu dilemparkan ke dalam api, maka api itu langsung padam.

* Fakhrurrazi menceritakan bahwa ada utusan Raja Romawi datang menghadap `Umar. Utusan itu mcncari rumah `Umar dan mengira rumah 'Umar seperti istana para raja. Orang-orang mengatakan, "'Umar tidak memiliki istana, ia ada di padang pasir sedang memerah susu." Setelah sampai di padang pasir yang ditunjukkan, utusan itu melihat `Umar telah meletakkan kantong tempat susu di bawah kepalanya dan tidur di atas tanah.

Terperanjatlah utusan itu melihat `Umar, lalu berkata, "Bangsa-bangsa di Timur dan Barat takut kepada manusia ini, padahal ia hanya seperti ini. Dalam hati ia berjanji akan membunuh `Umar saat sepi seperti itu dan membebaskan ketakutan manusia terhadapnya. Tatkala ia telah mengangkat pedangnya, tiba-tiba Allah mengeluarkan dua harimau dari dalam bumi yang siap memangsanya. Utusan itu menjadi takut sehingga terlepaslah pedang dari tangannya. 'Umar kemudian terbangun, dan ia tidak melihat apa-apa. 'Umar menanyai utusan itu tentang apa yang terjadi. Ia menuturkan peristiwa tersebut, dan akhirnya masuk Islam.

Kejadian-kejadian luar biasa di atas diriwayatkan secara ahad (dalam salah satu tingkatan sanadnya hanya ada satu periwayat). Adapun yang dikisahkan secara mutawatir adalah kenyataan bahwa meskipun `Umar menjauhi kekayaan duniawi dan tidak pernah memaksa atau menakut-nakuti orang lain, ia mampu menguasai daerah Timur dan Barat, serta menaklukkan hati para raja dan pemimpin. Jika anda mengkaji buku-buku sejarah, anda tak akan menemukan pemimpin seperti 'Umar, sejak zaman Adam sampai sekarang. Bagaimana 'Umar yang begitu menghindari sikap memaksa bisa menjalankan politiknya dengan gemilang. Tidak diragukan lagi, itu adalah karamahnya yang paling besar.

Karomah Abu Bakar Assiddiq RA.


Sayyidina Abu Bakar RA..

Kisah 1

'Abdurrahman bin Abu Bakar r.a. menceritakan bahwa ayahnya datang bersama tiga orang tamu hendak pergi makan malam dengan Nabi Saw. Kemudian mereka datang setelah lewat malam. Istri Abu Bakar bertanya, "Apa yang bisa kau suguhkan untuk tamumu?" Abu Bakar balik bertanya, "Apa yang kau miliki untuk menjamu makan malam mereka?" Sang istri menjawab, 'Aku telah bersiap-siap menunggu engkau datang." Abu Bakar berkata, "Demi Allah, aku tidak akan bisa menjamu mereka selamanya." Abu Bakar mempersilakan para tamunya makan. Salah seorang tamunya berujar, "Demi Allah, setiap kami mengambil sesuap makanan, makanan itu menjadi bertambah banyak. Kami merasa kenyang, tetapi makanan itu malah menjadi lebih banyak dari sebelumnya."

Abu Bakar melihat makanan itu tetap seperti semula, bahkan jadi lebih banyak, lalu dia bertanya kepada istrinya, "Hai ukhti Bani Firas, apa yang terjadi?" Sang istri menjawab, "Mataku tidak salah melihat, makanan ini menjadi tiga kali lebih banyak dari sebelumnya." Abu Bakar menyantap makanan itu, lalu berkata, "Ini pasti ulah setan." Akhirnya Abu Bakar membawa makanan itu kepada Rasulullah Saw dan meletakkannya di hadapan beliau. Pada waktu itu, sedang ada pertemuan antara katun muslimin dan satu kaum. Mereka dibagi menjadi 12 kelompok, hanya Allah Yang Maha Tahu berapa jumlah keseluruhan hadirin. Beliau menyuruh mereka menikmati makanan itu, dan mereka semua menikmati makanan yang dibawa Abu Bakar. (HR Bukhari dan Muslim)

Kisah 2

'Aisyah r.a. bercerita, 'Ayahku (Abu Bakar Shiddiq) memberiku 20 wasaq kurma (1 wasaq = 60 gantang) dari hasil kebunnya di hutan. Menjelang wafat, beliau berwasiat, `Demi Allah, wahai putriku, tidak ada seorang pun yang lebih aku cintai ketika aku kaya selain engkau, dan lebih aku muliakan ketika miskin selain engkau. Aku hanya bisa mewariskan 20 wasaq kurma, dan jika lebih, itu menjadi milikmu. Namun, pada hari ini, itu adalah harta warisan untuk dua saudara laki-laki dan dua saudara perempuanmu, maka bagilah sesuai aturan Al-Qur'an.' Lalu aku berkata, `Ayah, demi Allah, beberapapun jumlah harta itu, aku akan memberikannya untuk Asma', dan untuk siapa lagi ya?' Abu Bakar menjawab, `Untuk anak perempuan yang akan lahir."' (Hadis sahih dari `Urwah bin Zubair)

Menurut Al Taj al-Subki, kisah di atas menjelaskan bahwa Abu Bakar r.a. memiliki dua karamah. Pertama, mengetahui hari kematiannya ketika sakit, seperti diungkapkan dalam perkataannya, "Pada hari ini, itu adalah harta warisan." Kedua, mengetahui bahwa anaknya yang akan lahir adalah perempuan. Abu Bakar mengungkapkan rahasia tersebut untuk meminta kebaikan hari `Aisyah r.a. agar memberikan apa yang telah diwariskan kepadanya kepada saudara-saudaranya, memberitahukan kepadanya tentang ketentuan-ketentuan ukuran yang tepat, memberitahukan bahwa harta tersebut adalah harta warisan dan bahwa ia memiliki dua saudara perempuan dan dua saudara laki-laki. Indikasi yang menunjukkan bahwa Abu Bakar meminta kebaikan hati 'Aisyah adalah ucapannya yang menyatakan bahwa tidak ada seorang pun yang ia cintai ketika ia kaya selain `Aisyah (putrinya). Adapun ucapannya yang menyatakan bahwa warisan itu untuk dua saudara laki-laki dan dua saudara perempuanmu menunjukkan bahwa mereka bukan orang asing atau kerabat jauh.

Ketika menafsirkan surah Al-Kahfi, Fakhrurrazi sedikit mengungkapkan karamah para sahabat, di antaranya karamah Abu Bakar r.a. Ketika jenazah Abu Abu Bakar dibawa menuju pintu makam Nabi Saw., jenazahnya mengucapkan "Assalamu alaika ya Rasulullah, Ini aku Abu Bakar telah sampai di pintumu." Mendadak pintu makam Nabi terbuka dan terdengar suara tanpa rupa dari makam, "Masuklah wahai kekasihku."

Karomah Sayyidina Husein Bin Ali RA.


Sayyidina Husein bin 'Ali RA.


Ibnu Syihab al-Zuhri menuturkan bahwa semua orang yang terlibat dalam pembunuhan Husein mendapat siksa di dunia. Ada yang dibunuh, buta, wajahnya menghitam, atau kehilangan kekuasaan dalam waktu singkat. Di antara yang mengalaminya adalah Abdullah bin Khashin. Ketika pihak Yazid bin Muawiyah dan Husein berperang dan mereka menghalangi Husein untuk mendapatkan air, Abdullah memanggil Husein lalu berkata, "Hai Husein! Tidakkah kamu lihat air itu seolah-olah berada di tengah-tengah langit. Demi Allah, kamu tidak akan merasakan setetes air pun, sampai kamu mati kehausan." Kemudian Husein berdoa, "Ya Allah, semoga dia mati kehausan." Lalu Abdullah meminum air itu tanpa henti tetapi dahaganya tidak hilang juga, sampai ia mati kehausan. (Dikemukakan oleh Imam al-Syali Ba'lawi dalam kitab Al Masyru' al-Marwi )

Dalam kisah lain diceritakan bahwa Husein berdoa ketika hendak meminum air yang dibawanya, tiba-tiba seorang laki-laki yang dikenal sebagai seorang penakut memanah Husein. Anak panah itu mengenai langit-langit rnulut Husein schingga ia tidak bisa minum. Lalu Husein r.a. berdoa, "Ya Allah, berikan rasa haus kepadanya." Maka orang yang keji itu berteriak-teriak karena perutnya kepanasan dan punggungnya kedinginan. Kemudian di depannya diletakkan es dan kipas, scmentara di belakangnya diletakkan tungku perapian, dia berteriak, "Beri aku minum!" Lalu ia diberi satu wadah besar berisi arak, air, dan susu, yang cukup untuk lima orang. Ia meminumnya, tetapi ia tetap berteriak kehausan. Ia diberi minum lagi dengan ukuran semula, lalu meminumnya sampai perutnya kembung seperti perut unta. (Dituturkan oleh Ibnu Hajar dalam kitabAl-Shawa' iq)

Diceritakan pula bahwa ada seorang tua renta yang terlibat dalam pembunuhan Husein mendengar berita bahwa semua orang yang terlibat dalam pembunuhan itu tidak akan mati kecuali telah mendapat siksa di dunia. Orang tua itu berkata, "Aku ikut menyaksikan pembunuhan itu, tetapi belum pernah ditimpa kejadian tidak mengenakkan. " Kemudian ia berdiri di dekat lampu untuk memperbaikinya, tiba-tiba api berkobar menyambarnya, sehingga ia berteriak-teriak, "Api! Api!" Sampai akhirnya dia tewas terbakar. (Diceritakan oleh Al-Syali)

Al-Syali juga menceritakan bahwa ada seseorang yang hanya menghadiri pembunuhan Husein, lalu ia menjadi buta. Ketika ditanya tentang sebab kebutaannya, ia menceritakan bahwa ia melihat Nabi Saw memegang pedang, dan di depan beliau terhampar tikar dari kulit. Ia juga melihat 10 orang pembunuh Husein disembelih di hadapan Nabi. Nabi mencela dan mencemoohnya karena telah ikut mendukung para pembunuh itu. Kemudian Nabi menempelkan celak dari darah Husein ke matanya, lalu ia menjadi buta.

Dalam kisah lain, Asy-Syali menceritakan bahwa ada seseorang yang menggantung kepala Husein dengan tali pelana kudanya. Beberapa hari kemudian, wajahnya tampak lebih hitam daripada aspal. Ada seseorang yang berkata kepadanya, "Anda adalah orang Arab yang paling hitam wajahnya." Dia menjawab, "Pada malam ketika aku memegang kepala Husein itu, lewatlah dua orang yang mencengkeram lenganku. Mereka menggiringku ke arah api yang menyala-nyala dan mendorongku masuk ke dalamnya. Aku hanya bisa menunduk lemah, api itu menghanguskan kulitku sehingga hitam legam seperti yang kau lihat." Akhirnya ia tewas dalam kondisi mengenaskan.

Sayyidina Husein wafat syahid pada hari Jumat, bulan Asyura (Muharram), 61 H.

Karomah Sayyidina Utsman Bin Affan RA.


Sayyidina Utsman bin 'Affan RA.

Kisah 1

Dalam kitab Al-Thabaqat, Taj al-Subki menceritakan bahwa ada seorang laki-laki bertamu kepada 'Utsman. Laki-laki tersebut baru saja bertemu dengan seorang perempuan di tengah jalan, lalu ia menghayalkannya. 'Utsman berkata kepada laki-laki itu, "Aku melihat ada bekas zina di matamu." Laki-laki itu bertanya, "Apakah wahyu masih diturunkan sctelah Rasulullah Saw wafat?" `Utsman menjawab, "Tidak, ini adalah firasat seorang mukmin." `Utsman r.a. mengatakan hal tersebut untuk mendidik dan menegur laki-laki itu agar tidak mengulangi apa yang telah dilakukannya.

Selanjutnya Taj al-Subki menjelaskan bahwa bila seseorang hatinya jernih, maka ia akan melihat dengan nur Allah, sehingga ia bisa mengetahui apakah yang dilihatnya itu kotor atau bcrsih. Maqam orang-orang seperti itu berbeda-beda. Ada yang mengetahui bahwa yang dilihatnya itu kotor tetapi ia tidak mengetahui sebabnya. Ada yang maqamnya lebih tinggi karena mengetahui sebab kotornya, seperti 'Utsman r.a. Ketika ada seorang laki-laki datang kepadanya, `Utsman dapat melihat bahwa hati orang itu kotor dan mengetahui sebabnya yakni karena menghayalkan seorang perempuan.

Artinya, setiap maksiat itu kotor, dan menimbulkan noda hitam di hati sesuai kadar kemaksiatannya sehingga membuatnya kotor, sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah, "Sekali-kali tidak demikian, sesungguhnya apa yang mereka kerjakan itu mengotori hati mereka (QS Al-Muthaffifin [83]: 14).

Semakin lama, kemaksiatan yang dilakukan membuat hati semakin kotor dan ternoda, sehingga membuat hati menjadi gelap dan menutup pintu-pintu cahaya, lalu hati menjadi mati, dan tidak ada jalan lagi untuk bertobat, seperti dinyatakan dalam firman Nya, Dan hati mereka telah dikunci mati, sehingga mereka tidak mengetahui kebahagiaan beriman dan berjihad. (QS Al Taubah [9]: 87)

Sekecil apa pun kemaksiatan akan membuat hati kotor sesuai kadar kemaksiatan itu. Kotoran itu bisa dibersihkan dengan memohon ampun (istighfar) atau perbuatan-perbuatan lain yang dapat menghilangkannya. Hal tersebut hanya diketahui oleh orang yang memiliki mata batin yang tajam seperti 'Utsman bin `Affan, sehingga ia bisa mengetahui kotoran hati meskipun kecil, karena menghayalkan seorang perempuan merupakan dosa yang paling ringan, `Utsman dapat melihat kotoran hati itu dan mengetahui sebabnya. Ini adalah maqam paling tinggi di antara maqam-maqam lainnya. Apabila dosa kecil ditambah dosa kecil lainnya, maka akan bertambah pula kekotoran hatinya, dan apabila dosa itu semakin banyak maka akan membuat hatinya gelap. Orang yang memiliki mata hati akan mampu melihat hal ini. Apabila kita bertemu dengan orang yang penuh dosa sampai gelap hatinya, tetapi kita tidak mampu mengetahui hal tersebut, berarti dalam hati kita masih ada penghalang yang membuat kita tidak mampu melihat hal tersebut, karena orang yang mata hatinya jernih dan tajam pasti akan mampu melihat dosa-dosa orang tersebut.
Kisah 2

Ibnu `Umar r.a. menceritakan bahwa Jahjah al-Ghifari mendekati 'Utsman r.a. yang sedang berada di atas mimbar. Jahjah merebut tongkat 'Utsman, lalu mematahkannya. Belum lewat setahun, Allah menimpakan penyakit yang menggerogoti tangan Jahjah, hingga merenggut kematiannya. (Riwayat Al-Barudi dan Ibnu Sakan)

Dalam riwayat lain dikisahkan bahwa Jahjah al-Ghifari mendekati `Utsman yang sedang berkhutbah, merebut tongkat dari tangan `Utsman, dan meletakkan di atas lututnya, lalu mematahkannya. Orang-orang menjerit. Allah lalu menimpakan penyakit pada lutut Jahjah dan tidak sampai setahun ia meninggal. (Riwayat Ibnu Sakan dari Falih bin Sulaiman yang saya kemukakan dalam kitab Hujjatullah `ala al-Alamin)
Kisah 3

Diceritakan bahwa Abdullah bin Salam mendatangi `Utsman r.a. yang sedang dikurung dalam tahanan untuk mengucapkan salam kepadanya. 'Utsman bercerita, "Selamat datang saudaraku. Aku melihat Rasulullah Saw dalam ventilasi kecil ini. Rasulullah bertanya, "Utsman, apakah mereka mengurungmu? ' Aku menjawab, `Ya.' Lalu beliau memberikan seember air kepadaku dan aku meminumnya sampai puas. Rasulullah berkata lagi, `Kalau kau mau bebas.niscaya engkau akan bebas, dan kalau kau mau makan bersama kami mari ikut kami.' Kemudian aku memilih makan bersama mereka." Pada hari itu juga, `Utsman terbunuh.

Menurut Jalaluddin al-Suyuthi, kisah ini adalah kisah masyhur yang diriwayatkan dalam kitab-kitab hadis dengan beberapa sanad berbeda, termasuk jalur sanad Harits bin Abi Usamah. Menurut Ibnu Bathis, apa yang dialami 'Utsman adalah mimpi pada saat terjaga sehingga bisa dianggap karamah. Karena semua orang bisa bermimpi ketika tidur, maka mimpi ketika tidur tidak termasuk kejadian luar biasa yang bisa dianggap sebagai karamah. Hal ini disepakati oleh orang yang mengingkari karamah para wali. (Dikutip dalam Tabaqat al-Munawi dari kitab Itsbat al-Karamah karya Ibnu Bathis)

Karomah Sayyidina Ali Bin Abi Thalib K.W.


Sayyidina Ali bin Abi Thalib K.W

Kisah 1

Sid bin Musayyab menceritakan bahwa ia dan para sahabat menziarahi makam-makam di Madinah bersama `Ali. All lalu berseru, "Wahai para penghuni kubur, semoga dan rahmat dari Allah senantiasa tercurrah kepada kalian, beritahukanlah keadaan kalian kepada kami atau kami akan memberitahukan kcadaan kami kepada kalian." Lalu terdengar jawaban, "Semoga keselamatan, rahmat, dan berkah dari Allah senantiasa tercurah untukmu, wahai amirul mukminin. Kabarkan kepada kami tentang hal-hal yang terjadi setelah kami." All berkata, "Istri-istri kalian sudah menikah lagi, kekayaan kalian sudah dibagi, anak-anak kalian berkumpul dalam kelompok anak-anak yatim, bangunan-bangunan yang kalian dirikan sudah ditempati musuh-musuh kalian. Inilah kabar dari kami, lalu bagaimana kabar kalian?" Salah satu mayat menjawab, "Kain kafan telah koyak, rambut telah rontok, kulit mengelupas, biji mata terlepas di atas pipi, hidung mengalirkan darah dan nanah. Kami mendapatkan pahala atas kebaikan yang kami lakukan dan mendapatkan kcrugian atas kewajiban yang yang kami tinggalkan. Kami bertanggung jawab atas perbuatan kami." (RiwayatAl-Baihagi)
Kisah 2

Dalam kitab Al-Tabaqat, Taj al-Subki meriwayatkan bahwa pada suatu malam, `Ali dan kedua anaknya, Hasan dan Husein r.a. mendengar seseorang bersyair:

Hai Zat yang mengabulkan doa orang yang terhimpit kezaliman
Wahai Zat yang menghilangkan penderitaan, bencana, dan sakit
Utusan-Mu tertidur di rumab Rasulullab sedang orang-orang kafir mengepungnya
Dan Engkau Yang Maha Hidup lagi Maha Tegak tidak pernah ttdur
Dengan kemurahan-Mu, ampunilah dosa-dosaku
Wahai Zat tempat berharap makhluk di Masjidil Haram
Kalau ampunan-Mu tidak bisa diharapkan oleh orang yang bersalah
Siapa yang akan menganugerahi nikmat kepada orang-orang yang durhaka.

`Ali lalu menyuruh orang mcncari si pelantun syair itu. Pelantun syair itu datang menghadap Ali seraya berkata, "Aku, ya Amirul mukminin!" Laki-laki itu menghadap sambil menyeret sebelah kanan tubuhnya, lalu berhenti di hadapan All. Ali bertanya, "Aku telah mendengar syairmu, apa yang menimpamu?" Laki-laki itu menjawab, "Dulu aku sibuk memainkan alat musik dan melakukan kemaksiatan, padahal ayahku sudah menasihatiku bahwa Allah mcmiliki kekuasaan dan siksaan yang pasti akan menimpa orang-orang zalim. Karena ayah terus-menerus menasihati, aku memukulnya. Karenanya, ayahku besumpah akan mendoakan keburukan untukku, lalu ia pergi ke Mekkah untuk memohon pertolongan Allah. Ia berdoa, belum selesai ia berdoa, tubuh sebelah kananku tiba-tiba lumpuh. Aku menyesal atas semua yang telah aku lakukan, maka aku meminta belas kasihan dan ridha ayahku sampal la berjanji akan mendoakan krbaikan untukku jika Ali mau berdoa untukku. Aku mengcndarai untanya, unta betina itu melaju sangat kencang sampai terlempar di antara dua batu besar, lalu mati di sana."

`Ali lalu berkata, "Allah akan meridhaimu, kalau ayahmu meridhaimu." Laki-laki itu menjawab, "Demi Allah, demikianlah yang terjadi." Kemudian 'Ali bcrdiri, shalat beberapa rakaat, dan berdoa kcpada Allah dngan pelan, kemudian berkata, "Hai orang yang diberkahi, bangkitlah!" Laki-laki itu berdiri, bcrjalan, dan kembali sehat seperti sedia kala. `Ali berkata, "Jika engkau tidak bersumpah bahwa ayahmu akan meridhaimu, maka aku tidak akan mendoakan kebaikan untukmu."
Kisah 3

Fakhrurrazi yang hanya sedikit memasukkan cerita-cerita tentang karamah para sahabat dalam kitabnya, juga meriwayatkan bahwa seorang budak kulit hitam penggemar `Ali mencuri. Budak itu diajukan kepada Ali dan ditanya, "Betulkah kau mcncuri?" la menjawab, "Ya," maka `Ali memotong tangannya. Budak itu berlalu dari hadapan `Ali, kemudian berjumpa dengan Salman al-Farisi dan Ibnu al-Kawwa'. Ibnu al-Kawwa' bertanya, "Siapa yang telah memotong tanganmu?" Ia menjawab, "Amirul mukminin, pemimpin besar umat muslim, menantu Rasullah, dan suami Fatimah." Ibnu al-Kawwa' bertanya, "la telah memotong tanganmu dan kamu masih juga memujinya?" Budak itu menjawab, "Mengapa aku tidak memujinya? Ia mcmotong tanganku sesuai dengan kebenaran dan berarti membebaskanku dari neraka."

Salman mendengarkan penuturan budak itu, lalu menceritakannya kepada All. Selanjutnya Ali memanggil budak hitam itu, lalu meletakkan tangan yang telah dipotong di bawah lengannya, dan menutupnya dengan selendang, kemudian Ali memanjatkan doa. Orang-orang yang ada di sana tiba-tiba mcndengar seruan dari langit, "Angkat selendang itu dari tangannya!" Ketika selendang itu diangkat, tangan budak hitam itu tersambung kembali dengan izin Allah.
Kisah 4

Dalam kitab Al-I`tibar, Usamah bin Munqidz mengemukakan kisah yang didengamya dari Syihabuddin Abu al-Fath, pelayan Mu'izuddaulah bin Buwaihi di Mosul pada tanggal 18 Ramadhan 566 M. Diceritakan bahwa ketika Syihabuddin berada di dalam Masjid Shunduriyah di pinggir kota Anbar daerah Tepi Barat, Khalifah Al-Muqtafi datang berkunjung bersama salah seorang menterinya. AI-Mugtafi memasuki masjid tersebut, yang dikenal dengan sebutan Masjid Amirul Mukminin Ali, dengan memakai baju biasa dan mcnyandang pedang yang hiasannya dari besi. Tak seorang pun mengetahui bahwa ia adalah seorang khalifah, kecuali orang-orang yang telah mcngenalnya. Pengurus masjid mendoakan sang menteri. Lalu sang menteri berkata, "Celaka, doakanlah khalifah!"

Kemudian Khalifah Al-Mugtafi berkata kepada menterinya, "Tanyakan sesuatu yang bermanfaat pada pengurus masjid itu. Katakan padanya bahwa dulu pada masa pemcrintahan Maulana Al-Mustazhhir, aku melihat la menderita sakit di wajahnya. Wajahnya penuh bisul schingga jika mau makan, bisulnya harus ditutup dengan sapu tangan, agar makanan bisa masuk ke mulutnya."

Pengurus masjid itu menjelaskan, "Seperti Anda ketahui, aku berulang kali datang ke masjid ini dari Anbar. Suatu hari, ada seseorang menemuiku dan berkata, `Kalau engkau berulang kali menemui si Fulan setiap datang dari Anbar, seperti engkau berulang kali datang ke masjid ini, niscaya si Fulan akan memanggilkan tabib untukmu yang bisa menghilangkan penyakit di wajahmu.' Perkataan orang itu merasuk ke hatiku dan menghimpit dadaku. Lalu aku tertidur pada malam itu dan bermimpi bertemu amirul mukminin Ali bin Abi Thalib yang tengah berada dalam masjid tersebut seraya bertanya, `Lubang apa ini?' Maksudnya adalah sebuah lubang di tanah. Kemudian aku mengadukan penyakit yang menimpaku tetapi `Ali berpaling dariku. Maka aku kembali mengadukan penyakitku dan perkataan yang diucapkan oleh lelaki yang menemuiku di masjid tadi. All berkata, `Engkau termasuk orang yang menginginkan dunia.' Kemudian aku terbangun, dan tiba-tiba bisul-bisul di wajahku lenyap."

Khalifah Al-Mugtafi berkata, "Ia benar," lalu menoleh ke arah Syihabuddin dan berkata, "Bicaralah pada pengurus masjid itu, cari tahu apa yang la minta, tuliskan permintaannya disertai tanda tangannya, dan berikan padaku untuk kutandatangani. "

Selanjutnya Syihabuddin berbincang-bincang dengan pengurus masjid itu, dan pengurus masjid itu bercerita, "Aku memiliki istri yang sedang menyusui anak dalam keadaan hamil dan beberapa anak perempuan. Setiap bulan, aku membutuhkan 3 dinar." Syihabuddin menuliskan permintaan pengurus masjid Ali itu beserta alamatnya dan Al-Mugtafi menandatanganinya.
Al-Mugtafi kemudian menyuruh Syihabuddin untuk menyampaikan permintaan pengurus masjid itu ke dewan keuangan. Syihabuddin membawa berkas permintaan pengurus masjid itu ke dewan keuangan dan dewan menandatanganinya tanpa membacanya serta mengambil bagian tulisan khalifah Al-Mugtafi. Ketika sekretaris dewan membuka tulisan itu untuk dipindahkan, ia menemukan tulisan khalifah Al-Mugtafi di bawah tanda tangan pengurus masjid Ali yang berbunyi, "Seandainya ia meminta lebih dari itu, tentu akan diberi."
Kisah 5

Kisah lainnya menceritakan bahwa Nabi Muhammad Saw menyuruh Abu Dzar memanggil Ali. Sesampai di rumah Ali, Abu Dzar melihat alat penggiling sedang menggiling gandum padahal tidak ada seorang pun di sana. Kemudian Abu Dzar menceritakan hal tersebut kepada Nabi Saw Beliau berkata, "Hai Abu Dzar! Tahukah kau bahwa Allah memiliki malaikat-malaikat yang berjalan-jalan di bumi dan mereka diperintahkan untuk membantu keluarga Nabi Muhammad Saw." (Dikemukakan olch Al-Shubban dalam kitab Is`af al-Raghibin dan Al Mala' dalam kitab Sirahnya)

Karomah Para Sahabat Ra hum.

Judul: Karomah Para Sahabat RAhum.
Anas bin Malik r.a., Pelayan Rasulullah Saw.

Anas meiniliki sebidang tanah, penjaganya mengadu bahwa tanahnya kekeringan. Kemudian Anas mengerjakan shalat, lalu bertanya, "Apakah kamu melihat sesuatu?" Penjaga tanahnya menjawab, "Tidak." Anas shalat lagi, lalu bertanya, "Apakah kamu melihat sesuatu?" Penjaga itu menjawab, "Aku melihat sayap-sayap beterbangan dari awan."
Anas shalat lagi, lalu berdoa hingga langit menurunkan hujan dan bumi segar kembali. Anas berkata, "Lihatlah, di mana hujan itu turun!" Penjaga itu berkata, "Hanya di atas tanahmu." (Diceritakan oleh Syaikh 'Ulwan al-Hamwi dalam kitab Nasamat al-Ashar dan Al-Bazili dalam kitab Ghayat al Maram yang memuat sejarah para periwayat hadis Shahih Bukhari)

Ghalib bin `Abdullah al-Laitsi r.a.

Jundub bin Makits al-Jahni bercerita, "Rasulullah Saw mengirim Ghalib bin Abdullah al-Laitsi beserta pasukannya termasuk aku untuk nenyerang Bani al-Muluh di Al-Kadiyah Kami menyerang mereka dan berhasil memperoleh rampasan perang berupa binatang ternak. Tiba-tiba muncullah penolong Bani al-Muluh tanpa kami perkirakan sebeumnya. Kami pun keluar dengan membawa ternak-ternak itu. Kami nenemui Bani al-Muluh hingga mereka dapat melihat kchadiran kami karena kami dan mereka berada di lembah di antara dua gunung. Kami berada di salah satu sisi lembah. Tiba-tiba Allah telah memenuhi kedua isi lembah itu dengan air. Demi Allah, padahal pada hari itu tak ada mendung dan tidak turun hujan. Air itu tiba-tiba datang sehingga tak ada seorang pun yang bisa melaluinya. Mereka hanya bisa diam menatap kami karena terhalang air sehingga tidak dapat mengejar kami." Pada hakikatnya, kejadian ini adalah tanda-tanda kebenaran agama Islam bukan semata-mata karamah Ghalib. (Riwayat Ibnu Sa'ad)




Hajar bin 'Adiy r.a.

Hajar bin 'Adiy r.a.dan sahabat-sahabatnya dimakamkan di desa Adzra', wilayah Syam (Suriah). Mereka dibunuh pada masa kekhalifahan Mu'awiyyah r.a. Rasulullah pemah meramalkan nasib mereka dalam sabdanya, 'Di Adzra' akan terbunuh orang-orang yang dicintai oleh Allah dan para panghuni langit."

Hajar adalah orang yang selalu menjaga wudhu dan selalu dalam keadaan suci. Sewaktu dipenjara, ia 'mimpi basah' (ihtilam), maka ia meminta air kepada sipir untuk mandi. Sipir menjawab, "Aku hanya
punya air untuk minummu." Hajar berkata, "Berikan padaku! Akan aku gunakan untuk bersuci." Sipir itu berkata, "Tak akan kuberikan, kalau kamu mati kehausan, atasanku akan membunuhku."
Selanjutnya Hajar berdoa kepada Allah agar menurunkan hujan. Akhirnya hujan turun, sehingga Hajar dapat bersuci. Para penghuni penjara merajuk kepadanya, "Mintalah kepada Allah agar melepaskan kami dan engkau!" Hajar menegaskan, "Aku tidak suka melakukannya karena aku berada di sini karena kehendak dan takdir-Nya. Aku memohon hujan karena berkaitan dengan ibadah." Syaikh al-Hifni mengatakan, "Demikianlah perilaku orang-orang yang selalu dekat dengan Allah." (Dikemukakan oleh Syaikh al-Hifni dalam catatan pinggir atas kitab Al Jami`al-Shagir)



Hamzah al-Aslami r.a

Hamzah al-Aslami berccrita, "Kami melakukan perjalanan jauh bersama Nabi Saw. Pada suatu malam, kami terpisah karena begitu gelapnya. Tiba-tiba jari-jari tanganku mengeluarkan cahaya sehingga para sahabat Nabi Saw. bisa berkumpul kembali mengikuti cahaya itu, dan tak satu pun yang tersesat. Jari-jariku benar-benar telah mengeluarkan cahaya." (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Al-Tarikh, Al-Baihaqi dan Abu Na'im).

Ketegasan Khalifah Umar Ra.

Judul: Ketegasan Khalifah Umar Ra.
Assalamualaikum..

Di kisahkan pada suatu masa di kekhalifahan Umar bin Khattab r.a., Gubernur Mesir, Amr bin 'Ash berniat untuk membangun sebuah masjid di samping istananya yang megah. Namun keinginannya itu terbentur dengan lahan/rumah yang harus digusur, rumah tersebut ternyata dimiliki oleh seorang nenek Yahudi.

Dengan segala cara Gubernur Amr bin 'Ash memaksa orang Yahudi itu untuk menjual tanah tersebut, tetapi tetap saja orang tersebut tidak berniat untuk menjualnya meski dengan harga tinggi.

Akhirnya, karena berbagai cara "baik" telah dilakukan dan hasilnya buntu, Sang Gubernur pun menggunakan tangan besi dengan cara menggusur paksa lahan tersebut. Suatu cara yang tak islami.

Lalu, orang Yahudi tersebut pergi ke Madinah untuk mengadu kepada Khalifah Umar bin Khattab. Akhirnya setelah perjalanan yang cukup panjang,orang tersebut sampailah di Madinah.

Begitu tiba di Madinah, orang Yahudi tersebut takjub, karena Khalifah Umar tidak memiliki istana yang megah seperti istananya Amr bin 'Ash. Bahkan orang tersebut diterima Khalifah Umar di halaman Masjid Nabawi di bawah naungan pohon kurma.

"Ada keperluan apa engkau jauh-jauh dari Mesir ke sini?" ujar Umar.
orang itu bercerita. Sejak muda ia bekerja keras sehingga dapat membeli sebidang tanah dan membuat gubuk di atas tanah tersebut.
"Akan tetapi, wahai Khalifah Umar, sungguh sangat menyedihkan. Harta satu-satunya yang aku miliki sekarang telah sirna setelah Gubernur Amr bin 'Ash merampasnya." ujar orang tua tersebut tanpa rasa takut.

Laporan tersebut membuat Khalifah Umar marah dan wajahnya menjadi merah padam.
Setelah amarahnya mereda, orang tua tersebut disuruhnya untuk mengambil tulang belikat unta dari tempat sampah. Lalu diserahkannya tulang itu kepada Khalifah Umar.

Lalu, Umar menggores tulang tersebut dengan huruf alif yang lurus dari atas ke bawah, dan di tengah goresan itu ada lagi goresan melintang menggunakan ujung pedang.

Kemudian tulang itu pun diserahkan kembali kepada orang tua tersebut sambil berpesan, " bawalah tulang ini baik-baik ke Mesir dan berikan kepada Gubernur Amr bin 'Ash." jelas Umar.

Singkat cerita tulang tersebut diterima oleh Gubernur,Gubernur Amr bin 'Ash yang menerima tulang tersebut menggigil tubuhnya kedinginan. Wajahnya pucat pasi. Saat itu juga Gubernur Amr bin 'Ash mengumpulkan rakyatnya untuk membongkar masjid yang sedang dibangun dan membangun kembali gubuk yang reot itu.

Orang tua Yahudi itu terheran-heran, tidak mengerti tingkah laku Gubernur. Lalu, ia berpikir keras, "Mengapa ini bisa terjadi?"

"Aku hanya mencari keadilan di Madinah dan hanya mendapat sebongkah tulang yang busuk. Mengapa dari benda busuk tersebut itu gubernur menjadi ketakutan?" pikirnya.

Ia lalu bertanya kepada Sang Gubernur,"ada apa dengan tulang busuk itu" dan "Jangan bongkar dulu masjid megah ini." ujarnya.

"Ketahuilah, tulang itu hanyalah tulang biasa yang busuk pula. tetapi karena pengirimnya adalah Khalifah Umar, tulang itu menjadi peringatan keras terhadap diriku."

"Tulang itu merupakan ancaman Khalifah. Artinya, apapun pangkat dan kekuasaanmu suatu saat kamu akan bernasib sama seperti tulang ini."

"Karena itu bertindak adillah kamu seperti huruf alif yang lurus. Adil di atas dan adil di bawah. Sebab kalau kau tidak bertindak adil, lurus, seperti goresan tulang itu, akan kutebas batang lehermu." jelas Amr bin 'Ash

Orang tua itu tunduk terharu. Ia terkesan dengan keadilan dalam Islam. Akhirnya si Yahudi tersebut akhirnya mengikhlaskan tanahnya untuk pembangunan masjid dan ia sendiri masuk islam...Subhanallah.

Wallahu a'lam. Wassalam

Masalah Ziarah Kubur

Judul: Masalah Ziarah Kubur
Assalamualaikum..


Pertanyaan...

Mohon maaf sebelumnya,saya beberapa kali ikut ziarah bersama Habib dan MR, beberapa kali saya melihat setelah Habib pulang ada jamaah yg berbicara dg makam tsb dan mengharapkan sesatu serta meminta agar hajatnya terkabul,yg saya ingin tanyakan bukankah kita tdk boleh meminta terkecuali hanya kpd AllahSWT.

Lalu ketika seseorang meninggal dan ia semasa hidupnya dianggap orang saleh/wali, apakah mungkin ia dapat mengabulkan/ menjadi perantara permintaan kita,sedangkan Allah itu tdk ada antara kepada kita dg kat lain sangat dekat dg kita.

Apa yg seharusnya kita lakukan saat ziarah ke makam2 para wali? lalu mengapa banyak orang yg bilang bid'ah?

Jawaban Habib Munzir..

Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,

Cahaya agung malam malam terakhir ramadhan semoga selalu menerangi hari hari anda dengan kebahagiaan,

Saudaraku yg kumuliakan,
saya telah membahas masalah ziarah, maulid, tawassul, dll dg lengkap Insya Allah, pada buku saya "Kenalilah Aqidahmu", dan saya tampilkan mengenai ziarah sbgbr :

Ziarah kubur adalah mendatangi kuburan dengan tujuan untuk mendoakan ahli kubur dan sebagai pelajaran (ibrah) bagi peziarah bahwa tidak lama lagi juga akan menyusul menghuni kuburan sehingga dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah swt.

Ketahuilah berdoa di kuburan pun adalah sunnah Rasulullah saw, beliau saw bersalam dan berdoa di Pekuburan Baqi', dan berkali kali beliau saw melakukannya, demikian diriwayatkan dalam shahihain Bukhari dan Muslim, dan beliau saw bersabda : "Dulu aku pernah melarang kalian menziarahi kuburan, maka sekarang ziarahlah". (Shahih Muslim hadits no.977 dan 1977)

Dan Rasulullah saw memerintahkan kita untuk mengucapkan salam untuk ahli kubur dengan ucapan "Assalaamu alaikum Ahliddiyaar minalmu'minin walmuslimin, wa Innaa Insya Allah Lalaahiquun, As'alullah lana wa lakumul'aafiah. ." (Salam sejahtera atas kalian wahai penduduk penduduk dari Mukminin dan Muslimin, Semoga kasih sayang Allah atas yg terdahulu dan yang akan datang, dan Sungguh Kami Insya Allah akan menyusul kalian) (Shahih Muslim hadits no 974, 975, 976). Hadits ini menjelaskan bahwa Rasulullah saw bersalam pada Ahli Kubur dan mengajak mereka berbincang-bincang dengan ucapan "Sungguh Kami Insya Allah akan menyusul kalian".

Rasul saw berbicara kepada yg mati sebagaimana selepas perang Badr, Rasul saw mengunjungi mayat mayat orang kafir, lalu Rasulullah saw berkata : "wahai Abu Jahal bin Hisyam, wahai Umayyah bin Khalf, wahai `Utbah bin Rabi', wahai syaibah bin rabi'ah, bukankah kalian telah dapatkan apa yg dijanjikan Allah pada kalian…?!, sungguh aku telah menemukan janji tuhanku benar..!", maka berkatalah Umar bin Khattab ra : "wahai rasulullah.. , kau berbicara pada bangkai, dan bagaimana mereka mendengar ucapanmu?", Rasul saw menjawab : "Demi (Allah) Yang diriku dalam genggamannya, engkau tak lebih mendengar dari mereka (engkau dan mereka sama sama mendengarku) , akan tetapi mereka tak mampu menjawab" (shahih Muslim hadits no.6498).

Makna ayat : "Sungguh Engkau tak akan didengar oleh yg telah mati".
Berkata Imam Qurtubi dalam tafsirnya makna ayat ini bahwa yg dimaksud orang yg telah mati adalah orang kafir yg telah mati hatinya dg kekufuran, dan Imam Qurtubi menukil hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim bahwa Rasul saw berbicara dengan orang mati dari kafir Quraisy yg terbunuh di perang Badr. (Tafsir Qurtubi Juz 13 hal 232).

Berkata Imam Attabari rahimahullah dalam tafsirnya bahwa makna ayat itu : bahwa engkaua wahai Muhammad tak akan bisa memberikan kefahaman kepada orang yg telah dikunci Allah untuk tak memahami (Tafsir Imam Attabari Juz 20 hal 12, Juz 21 hal 55, )

Berkata Imam Ibn katsir rahimahullah dalam tafsirnya : "walaupun ada perbedaan pendapat tentang makna ucapan Rasul saw pada mayat mayat orang kafir pada peristiwa Badr, namun yg paling shahih diantara pendapat para ulama adalah riwayat Abdullah bin Umar ra dari riwayat riwayat shahih yg masyhur dengan berbagai riwayat, diantaranya riwayat yg paling masyhur adalah riwayat Ibn Abdilbarr yg menshahihkan riwayat ini dari Ibn Abbas ra dg riwayat Marfu' bahwa : "tiadalah seseorang berziarah ke makam saudara uslimnya didunia, terkecuali Allah datangkan ruhnya hingga menjawab salamnya", dan hal ini dikuatkan dengan dalil shahih (riwayat shahihain) bahwa Rasul saw memerintahkan mengucapkan salam pada ahlilkubur, dan salam hanyalaha diucapkan pada yg hidup, dan salam hanya diucapkan pada yg hidup dan berakal dan mendengar, maka kalau bukan karena riwayat ini maka mereka (ahlil kubur) adalah sama dengan batu dan benda mati lainnya. Dan para salaf bersatu dalam satu pendapat tanpa ikhtilaf akan hal ini, dan telah muncul riwayat yg mutawatir (riwayat yg sangat banyak) dari mereka, bahwa Mayyit bergembira dengan kedatangan orang yg hidup ke kuburnya". Selesai ucapan Imam Ibn Katsir (Tafsir Imam Ibn Katsir Juz 3 hal 439).

Rasul saw bertanya2 tentang seorang wanita yg biasa berkhidmat di masjid, berkata para sahabat bahwa ia telah wafat, maka rasul saw bertanya : "mengapa kalian tak mengabarkan padaku?, tunjukkan padaku kuburnya" seraya datang ke kuburnya dan menyolatkannya, lalu beliau saw bersabda : "Pemakaman ini penuh dengan kegelapan (siksaan), lalu Allah menerangi pekuburan ini dengan shalatku pada mereka" (shahih Muslim hadits no.956)

Abdullah bin Umar ra bila datang dari perjalanan dan tiba di Madinah maka ia segera masuk masjid dan mendatangi Kubur Nabi saw seraya berucap : Assalamualaika Yaa Rasulallah, Assalamualaika Yaa Ababakar, Assalamualaika Ya Abataah (wahai ayahku)". (Sunan Imam Baihaqi Alkubra hadits no.10051)

Berkata Abdullah bin Dinar ra : Kulihat Abdullah bin Umar ra berdiri di kubur Nabi saw dan bersalam pada Nabi saw lalu berdoa, lalu bersalam pada Abubakar dan Umar ra" (Sunan Imam Baihaqiy ALkubra hadits no.10052)
l
Sabda Rasulullah saw : Barangsiapa yg pergi haji, lalu menziarahi kuburku setelah aku wafat, maka sama saja dengan mengunjungiku saat aku hidup (Sunan Imam Baihaqiy Alkubra hadits no.10054).

Dan masih banyak lagi kejelasan dan memang tak pernah ada yg mengingkari ziarah kubur sejak Zaman Rasul saw hingga kini selama 14 abad (seribu empat ratus tahun lebih semua muslimin berziarah kubur, berdoa, bertawassul, bersalam dll tanpa ada yg mengharamkannya apalagi mengatakan musyrik kepada yg berziarah, hanya kini saja muncul dari kejahilan dan kerendahan pemahaman atas syariah, munculnya pengingkaran atas hal hal mulia ini yg hanya akan menipu orang awam, karena hujjah hujjah mereka Batil dan lemah.

Dan mengenai berdoa dikuburan sungguh hal ini adalah perbuatan sahabat radhiyallahu' anhu sebagaimana riwayat diatas bahwa Ibn Umar ra berdoa dimakam Rasul saw, dan memang seluruh permukaan Bumi adalah milik Allah swt, boleh berdoa kepada Allah dimanapun, bahkan di toilet sekalipun boleh berdoa, lalu dimanakah dalilnya yg mengharamkan doa di kuburan?, sungguh yg mengharamkan doa dikuburan adalah orang yg dangkal pemahamannya, karena doa boleh saja diseluruh muka bumi ini tanpa kecuali.

Walillahittaufiq

Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu,

Wallahu a'lam

Hukum Menonton TV.


Assalamualaikum...

Semoga Allah Swt. Dan Rosulullah Tak pernah Putus Menerangi sanubari ini dengan Kelembutan dan kasih sayangnya.

Pertanyaan nya:

1. Apa Hukum Nonton TV?
2. Dalam Dunia Per TVan Lebih cenderung Mudaratnya daripada maslahatnya. apa boleh kita nonton TV atas faktor hiburan semata?
3. Bahkan Orang sering terlena dalam TVnya daripada Ibadahnya. sampai sampai lupa pada ibadahnya. Bagaimana pandangan Habib Terhadap dunia Per Televisian padasaat ini?

Mohon Nasehat dan pandangannya.

Wassalam.

Jawaban Habib Munzir.

Alaikum salam warahmatullah wabarakaatuh,

Semoga Allah Swt melimpahkan atas anda keberkahan dan kemuliaan Nya atas perhatian anda pada Website ini

Menonton tv adalah memusatkan perhatian melihat sebuah kotak yg bersuara dan bergambar demikian Kaidahnya, hukumnya bisa menjadi lima.

- Melihatnya bersama keluarga dan menenangkan diri dengan melihat pemandangan Alam, kemuliaan Allah, keajaiban hewan hewan dan tetumbuhan, dan bertafakkur alam, maka hukumnya sunnah

- Melihatnya tanpa ada manfaat sekedar iseng dan tidak melupakannya dari Dzikrullah maka hukumnya mubah saja.

- bila ia terlena dari dzikrullah maka hukumnya Makruh karena Laghwu

- bila itu menyebabkannya melanggar syariah, misalnya terlupakan waktu shalat, atau didalam acaranya terdapat hal hal yg haram untuk dilihat dan didengar atau terlupakan dari Ibadah wajib lainnya maka hukumnya haram.

- bila ia melihat tv untuk belajar ilmu pengetahuan islam, misalnya fiqih, atau belajar cara shalat atau mempelajari manasik haji, adab pada suami atau istri, maka hukumnya wajib sebagaimana wajibnya menuntut ilmu.

Untuk televisi zaman sekarang ini menurut saya jauh lebih buruk dari keluar dan berputar di tempat maksiat, karena dengan duduk dirumah, menonton TV itu kita sudah mengunjungi Panggung Dangdut, Arena Diskotek, menonton konser, menyaksikan aurat, menyenangi orang kafir, mengetahui aib orang dan mempelajari aib orang, mengetahui kejahatan orang, membenci, mungkin turut mencaci orang yg belum tentu bersalah, mengagumi orang yg mungkin sangat tak pantas dikagumi dan banyak lagi.

Lalu apalagi yg anda inginkan dengan menontonnya?, anda telah mengunjungi seluruh tempat maksiat, konser, panggung, diskotek, silaturahmi ke tempat2 para ahli maksiat dan memasuki beratus ratus pintu dosa dalam beberapa menit.

Namun walaupun tak dipungkiri ada juga kebaikannya sebagaimana diatas.

Wallahu a?lam

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Cinta Allah Swt Tuk Orang Yang MemujiNya.

Judul: Cinta Allah Swt Tuk Orang Yang MemujiNya.
Rasulullah Saw bersabda diriwayatkan didalam Shahih Al Bukhari :

لَا أَحَدٌ أَغْيَرُ مِنَ اللهِ وَلِذَلِكَ حَرَّمَ اْلفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَلَا أَحَدٌ أَحَبَّ إِلَيْهِ الْمَدْحَ مِنَ اللهِ وَلِذلِكَ مَدَحَ نَفْسَهُ

( صحيح البخاري )

" Tidak ada yang lebih pencemburu dari Allah, karena itulah Dia mengharamkan segala yang keji, dan tidak ada yang lebih suka dipuji selain dari Allah Swt, karena itu Dia memuji diri-Nya sendiri". ( Shahih Al Bukhari )

Maka beruntunglah orang-orang yang memuji Allah Swt, dan Allah Swt membenci dosa-dosa, oleh sebab itu Allah mengharamkan perbuatan dosa. Mengapa Allah Swt suka dipuji?, karena Allah tau bahwa pujian itu datang dari cinta. Jika seorang hamba mencintai sesuatu maka pastilah ia banyak memujinya, jika seorang hamba memuji Allah, maka ia pun dicintai Allah. Seseorang yang melaksanakan shalat maka ia telah banyak memuji Allah, dan ia termasuk orang yang banyak memuji Allah dan ia juga termasuk orang yang dicintai Allah jika ia mendalami makna ucapan-ucapan dalam shalatnya. Oleh sebab itu, sebagian para shalihin sebagaimana dijelaskan oleh para guru kita bahwa mereka sangat asyik memuji Allah didalam shalatnya dan disaat mereka I'tidal mereka mengucapkan :

رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ، مِلْءَ السَّمَاوَاتِ، وَمِلْءَ اْلأَرْضِ، وَمِلْءَ مَا بَيْنَهُمَا، وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ

"Wahai Rabb kami, bagiMu segala puji, aku memujiMu dengan pujian yang banyak, yang baik dan penuh berkah sepenuh langit dan bumi, sepenuh apa yang ada di antara keduanya, sepenuh apa yang Engkau kehendaki setelah itu"

Diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari bahwa ucapan ini adalah ucapan salah seorang sahabat, ketika ia sedang bermakmum kepada Rasulullah Saw bersama sahabat lainnya. Ketika Rasulullah mengucapkan " Sami'allahu liman hamidah " untuk I'tidal, maka sahabat itu mengucapkan:

رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ مِلْءَ السَّمَاوَاتِ، وَمِلْءَ اْلأَرْضِ، وَمِلْءَ مَا بَيْنَهُمَا، وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ ... إلخ

Tanpa ada yang mengajarinya, tetapi muncul dari hatinya maka Rasulullah selesai shalat bertanya: siapa tadi yang mengucapkan : ربنا لك الحمد حمدا كثيرا... إلخ?, salah seorang sahabat mengacungkan tangan dan berkata: " aku wahai Rasulullah ", maka Rasulullah berkata: " Jibril tadi mengatakan kepadaku bahwa puluhan malaikat berebutan mencatat pujianmu itu, untuk disampaikan kepada Allah Swt".

Ketika kita menikmati pujian kepada Allah dan sedikit bersabar atas diri kita untuk memuji Allah Swt, maka Allah akan memberi kenikmatan dan kelezatannya, jika kita sudah merasakan lezat memuji Allah maka tentunya kita akan selalu asyik memuji Allah Swt, yang dengan itu Allah Swt akan membuat kehidupan kita semakin terpuji dunia dan akhirah, dan sang penuntun segala keterpujian dari tuntunan yang terpuji, hamba Allah yang paling terpuji, Muhammad Saw. Namanya saja Muhammad yang berarti yang banyak dipuji atau yang banyak memuji. Nabi kita Muhammad memang orang yang paling banyak dipuji karena ia dipuji oleh Allah Swt dan oleh seluruh hamba Allah yang beriman.

Oleh sebab itu Allah Swt menyukai pujian, dan tidak ada yang lebih menyukai pujian daripada Allah. Kalau kalimat ini kita paparkan sedikit, ada orang-orang kaya yang suka dipuji dan jika ia dipuji maka ia akan memberi hadiah kepada orang-orang yang memujinya, dan tentunya Allah Swt lebih dari itu, kalau Allah dipuji maka Allah akan memberi yang lebih untuknya. Allah tidak butuh pujian, namun Allah Maha Tau bahwa dengan pujian itu maka hamba-Nya mencintai-Nya. Sebagian Ahli ma'rifah billah mewarisi dari apa-apa yang terjadi di masa Nabi Muhammad Saw.

Rasulullah juga suka dipuji, kenapa? karena memuji Rasulullah Saw akan membuat orang yang mendengarnya bertambah cinta kepada Rasul Saw, beliau bukan suka dipuji untuk pribadinya tetapi karena orang-orang yang banyak memuji itu bisa bertambah cintanya kepada Rasulullah Saw, dan mencintai Rasulullah Saw adalah kesempurnaan iman. Rasulullah tidak suka dipuji, karena sudah terpuji di hadapan Allah Swt namun dengan banyak memuji Rasulullah Saw maka seseorang akan sampai kepada kesempurnaan iman, sebagaimana hadits Rasulullah Saw:

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ

" Tidaklah beriman kalian sampai aku lebih dicintai oleh kalian dari pada orang tua, anak, dan segenap manusia"

Dan dalam riwayat lain:

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ

" Tidaklah beriman kalian sampai aku lebih dicintai oleh kalian daripada keluarga, harta dan segenap manusia"

Tentunya iman mempunyai derajat, terkadang kita berangan-angan bahwa sungguh berat jika kita mencintai Rasul lebih dari keluarga atau harta kita sepertinya adalah derajat yang sangat susah sekali dicapai, tidak juga!. Kita semua disini sudah mencapai hal itu, kita hadir disini karena cinta kepada Rasul Saw dan sekarang kita meninggalkan keluarga dan harta kita, rumah kita tinggalkan, dan kita duduk disini setelah itu kita kembali kepada keluarga dan harta kita, kita tinggalkan untuk hadir disini, padahal kita tidak melihat sang Nabi, bagaimana kalau seandainya kita melihat sang Nabi, barangkali sehari sebelumnya, atau seminggu sebelumnya atau sebulan atau mungkin setahun sebelumnya masjid ini sudah penuh dengan orang-orang yang ingin melihat wajah Rasulullah Saw.

Allah Swt sangat mencintai kita, dan tidak ada satupun yang lebih pencemburu dari Allah Swt. Mungkin kita kaget ketika mendengar Allah pencemburu, maksudnya apa?, cemburu itu datangnya dari cinta, cemburu itu adalah ingin kekasihnya selalu dekat dengannya dan jangan jauh darinya, jika saja ada gerakan atau ucapan yang membuat kekasihnya jauh, maka ia akan marah itulah sifat cemburu. ternyata Allah itu cemburu kepada hamba-hamba-Nya, oleh sebab itulah Allah mengharamkan perbuatan-perbuatan jahat, kenapa Allah mengharamkan perbuatan dosa?, karena dengan perbuatan dosa hamba-Nya akan jauh dari Allah dan Allah tidak mau hamba-Nya jauh dari-Nya, Allah ingin kita dekat, Allah tidak ingin kita berbuat buruk hingga menjauh dari Allah, Allah ingin kita berada dalam kasih-Nya, ketika berbuat hal-hal yang tidak disukai Allah maka ia akan terkena dosa, kenapa? karena Allah ingin hamba-Nya jauh dari dosa karena cinta-Nya kepada kita.

Kita lihat, jika seandainya Allah Swt tidak cinta kepada kita, maka sekali seorang hamba berbuat dosa dan dicabut nyawanya sehingga wafat dalam su'ul khatimah sekali berbuat dosa. Tetapi Allah cinta kepada hamba-Nya, sekali ia berbuat dosa maka ditunggu barangkali beristighfar, dihadirkan di majelis dzikir dan majelis ta'lim maka ia akan mendapat pengampunan dan mendekat lagi kapada Allah, sungguh indahnya Allah. Dan ketika shalat lima waktu maka terus dihapus dosa-dosanya, ketika ia berwudhu maka ia mendapat penghapusan dosa, memuji Allah ia mendapat penghapusan dosa, selesai shalat ia membaca subhanallah 33x, Alhamdulillah 33x, dan Allahu Akbar 33x maka ia mendapatkan lagi penghapusan dosa. Di hari Jum'at, antara Jum'at satu dengan Jum'at lainnya mendapat penghapusan dosa, ketika tiba bulan Ramadhan mendapat penghapusan dosa lagi, ketika puasa Arafah mendapat pengampunan lagi, ketika puasa 'Asyura mendapat pengampunan lagi, terus pengampunan mengejar kita. Seorang hamba yang malas beribadah, tapi ia banyak berbuat baik kepada saudaranya maka diberi pertolongan oleh Allah Swt.

Diriwayatkan didalam Shahih Al Bukhari ketika seorang hamba sudah kalah seluruh pahalanya oleh dosa-dosanya, lalu ia berkata: " dulu aku banyak membantu orang susah, jika seseorang meminjam kepadaku dan ia adalah orang yang susah maka tidak aku tagih, jika seseorang berbelanja kepadaku dan dia orang yang tidak punya maka aku murahkan lebih dari harga yang semestinya, maka beri aku keringanan", maka Allah Swt menjawab: " Aku lebih berhak daripada engkau untuk berbuat hal itu, biarakan hamba-Ku masuk ke surga-Ku ". Demikian indahnya Allah Swt.

Alangkah besarnya keinginan Allah agar kita dekat dengan-Nya, alangkah baik dan cintanya Allah kepada kita, namun betapa kita tidak mau menjawab cinta Allah Swt kepada kita. Kapan kita mau menjawab cinta itu, kapan mau kita jawab kasih sayang itu, maka bersujud dan banyak berdzikirlah kepada Allah, banyak berdoa dan memohon pengampunan kepada Allah Swt, memohonlah ridha dan restu atas nafas-nafas yang lewat daripada rindu kepada Allah Swt. Nafas yang tidak sempat rindu kepada-Mu wahai Rabbi maafkanlah, semestinya setiap nafasku ini dipenuhi rindu kepada-Mu dari kebaikan dan keindahan-Mu.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pemandangan Yang Indah.


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pemandangan Yang Indah

Akhlak Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam sangat indah dan tidak ada yang lebih indah dari akhlak beliau. Dan kita telah mendengar sebuah riwayat dari sayyidina Anas bin Malik Ra:

مَا نَظَرْناَ مَنْظَرًا كاَنَ أَعْجَبَ إِلَيْنَا مِنْ وَجْهِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

"Kami belum pernah melihat pemandangan yang lebih menakjubkan dari wajah nabi shallallahu 'alaihi wasallam"

Wajah orang yang paling khusyu', jiwanya yang selalu hadir bersama Allah, selalu bermunajat kepada Allah, yang berlemah lembut kepada semua manusia baik kawan atau pun lawan, kepada semua hewan dan tumbuhan dan semua makhluk Allah subhanahu wata'ala. Demikian manusia yang paling berhak untuk kita jadikan idola, sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari bahwa salah seorang sahabat nabi, sayyidina Abi Jahifah Ra berkata : "ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lewat, para sahabat meraih tangan Rasulullah dan mengusapkan ke wajah mereka, dan aku pun mengikuti perbuatan mereka juga maka kuusapkan tangan Rasulullah di wajahku dan kurasakan tangan beliau begitu menyejukkan wajahku, dan tidak pernah kutemukan kain yang lebih lembut dari telapak tangan beliau". Diriwayatkan oleh sayyidina Anas bin Malik Ra beliau berkata:

مَا مَسَسْتُ حَرِيْرًا وَلَا دِيْبَاجًا أَلْيَنُ مِنْ كَفِّ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا شَمِمْتُ رِيحًا قَطُّ أَوْ عَرْفًا قَطُّ أَطْيَبَ مِنْ رِيحِ أَوْ عَرْفِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ


"Aku tidak pernah menyentuh sutera dan pakaian sutera yg lebih lembut daripada telapak tangan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dan aku tidak pernah mencium bau yg lebih harum daripada bau Nabi shallallahu 'alaihi wasallam"

Dan diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari dan lainnya bahwa para sahabat berkata: "tidak pernah kami menemukan wewangian yang lebih wangi dari keringat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam". Secara logika dan ilmiah kita tau bahwa keringat itu keluarnya dari kotoran sel, kalau seandainya sampah-sampah sel yang keluar dari tubuh sang nabi lebih wangi dari minyak wangi, maka sungguh indahnya ciptaan Allah yang satu ini, sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Oleh sebab itu Allah subhanahu wata'ala berfirman :

وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ

(القلم : 4 )

" Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung" ( QS. Al Qalam: 4)

Dan Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا، وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا

(الأحزاب :45-46 )

"Wahai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi" ( QS. Al Ahzab: 45-46)

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari :

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سُرَّ اِسْتَنَارَ وَجْهُهُ حَتَّى كَأَنَّ وَجْهَهُ قِطْعَةُ قَمَرٍ

"Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bila gembira wajahnya bercahaya seperti bulan purnama"

Dan di dalam riwayat Al Imam Tirmidzi disebutkan : "seakan-akan matahari dan bulan beredar di wajah beliau shallallahu 'alaihi wasallam", karena indahnya wajah sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Diriwayatkan juga di dalam Shahih Muslim bahwa ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membaca ayat alqur'an (ucapan nabiyullah Ibrahim As):

رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

(إبراهيم:36 )

"Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS. Ibrahim: 36)

Kemudian Rasulullah membaca ayat al qur'an lagi (ucapan nabi Isa As):

إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

(المائدة : 118 )

" Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana " ( QS. Al Maidah : 118 )

Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya, menangis dan berdoa:

اَللَّهُمَّ أُمَّتِيْ أُمَّتِيْ

"Wahai Allah, tolonglah ummatku, tolonglah ummatku"

Kemudian malaikat Jibril As turun kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata: "Wahai Rasul, Allah bertanya apa yang membutmu menangis?" Allah subhanahu wata'ala Maha Tau keadaan beliau- , namun Allah mengutus Jibril As kepada Rasulullah agar beliau mengeluarkan isi hatinya, apa yang menyebabkan beliau menangis. Maka Rasulullah berkata: "Nabi Ibrahim As berlepas diri dari ummatnya yang pendosa, begitu pula nabi Isa As, namun aku tidak bisa begitu saja melepaskan diri dari ummatku yang pendosa, aku tidak mampu mengatakan seperti yang telah diucapkan nabi Ibrahim dan nabi Isa (QS. Ibrahim: 36 dan QS. Al Maaidah: 118)". Maka malaikat Jibril kembali kepada Allah dan Allah subhanahu wata'ala memberi salam kepada nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian malaikat kembali kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata, wahai Rasulullah Allah subhanahu wata'ala telah menyampaikan kepadamu:

إِنَّا سَنُرْضِيْكَ فِي أُمَّتِكَ وَلَا نَسُوؤُكَ

" Kami telah meridhoi umat-mu dan tidak akan menyakitimu"

Maka di saat itu tenanglah perasaan nabi shallallahu 'alaihi wasallam, namun sebelum itu beliau menangis karena tidak bisa berlepas diri dari ummatnya yang berdosa, beliau masih infin menyelamatkannya, maka Allah berikan hak syafaat kepada nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam untuk ummatnya yang pendosa, inilah idola kita sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Maka ketika kaum Thaif melempari nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, padahal Rasulullah sangat mampu untuk mengangkat tangannya dan berdoa kepada Allah untuk mencelakakan kaum Thaif, bahkan Allah telah memerintahkan kepada malaikat yang menjaga gunung untuk mengangkat gunung, setiap makhluk dijaga oleh para malaikat, dan manusia dijaga oleh dua malaikat (Raqib dan Atid), paling sedikit dua malaikat yang menjaga manusia, namun jika ia banyak beribadah, akan lebih banyak lagi malaikat yang menjaganya. Maka malaikat yang menjaga gunung berkata kepada Rasulullah: "wahai Rasulullah izinkan aku untuk mengangkat gunung dan kutimpakan di atas Thaif", sebagaimana yang telah Allah perbuat kepada kaum nabi Luth, dimana malaikat Jibril mengangkat gunung dan menjadikan bagian atas berada di bawah dan sebaliknya kemudian menimpakannya pada kaum nabi Luth. Maka Rasulullah berkata: "jangan engkau hukum mereka, aku masih berharap barangkali keturunan-keturunan mereka ada yang mendapatkan hidayah". Apa yang diperbuat oleh kaum Thaif kepada Rasulullah?, ketika Rasulullah berjalan, mereka berbaris di kiri kanan dan terus melempari kaki Rasulullah dengan batu, sehingga kaki Rasulullah berlumuran darah dan beliau terjatuh, maka mereka menyuruh beliau bangun dan berjalan lagi kemudian kembali melempari beliau dengan batu demikian seterusnya yang dilakukan kaum Thaif kepada nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.

Setelah beliau keluar dari Thaif mereka menyuruh anak-anak untuk mengejar dan melempari beliau dengan batu, seakan-akan anak-anak itu mengejar-ngejar orang gila. Mengapa kaum Thaif berbuat demikian?, karena patung-patung yang mereka sembah berbicara, patung-patung itu dimasuki oleh syaitan, jin dan iblis untuk berbicara bahwa nabi Muhammad adalah pendusta. Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak mengadu kepada Allah dengan mengatakan: "wahai Allah, mengapa Engkau jadikan syaitan dapat mempengaruhi patung-patung itu sehingga bisa berbicara dan mendustakan aku?!", namun Rasulullah hanya berkata : " Wahai Allah kemana lagi aku akan pergi, aku menuju kepada sahabat-sahabatku, mereka dibantai, aku pergi kepada musuh-musuhku, mereka memerangi dan menyiksaku, namun selama Engkau tidak marah kepadaku maka aku tidak peduli apa yang terjadi padaku". Begitu indahnya sang nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahkan beliau berkata : "yang kuharapkan barangkali kelak keturunan mereka mendapatkan hidayah". Subhanallah, Rasulullah masih peduli pada semua yang masih ada di janin musuh-musuhnya barangkali bisa diselamatkan dan mendapatkan hidayah, demikian indahnya idola kita sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.

Semoga aku dan kalian menjadi gelombang dalam dakwah sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Amiin Allahumma Amiin.

(Ringkasan Tausyiah Habib Munzir)

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Waliyullah Adalah Para Shalihin.

Judul: Waliyullah Adalah Para Shalihin.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Wali - Wali Allah SWT


Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, Allah subhanahu wata'ala berfirman:

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: إِنَّ اللهَ قَالَ
: مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ وَمَا تَرَدَّدْتُ عَنْ شَيْءٍ أَنَا فَاعِلُهُ تَرَدُّدِي عَنْ نَفْسِ الْمُؤْمِنِ يَكْرَهُ الْمَوْتَ وَأَنَا أَكْرَهُ مَسَاءَتَهُ

( صحيح البخاري )

"Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku maka Aku kumandangkan perang terhadapnya. Tidaklah seorang hamba mendekatiKu dengan sesuatu yang Aku cintai dari perbuatan yang Aku wajibkan padanya dan ia masih terus mendekatiKu dengan perbuatan-perbuatan sunnah hingga Aku mencintainya. Ketika Aku mencintainya, maka Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, Aku menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, Aku menjadi tangannya yang ia gunakan untuk memegang, Aku menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya. Tidaklah Aku ragu-ragu melakukan sesuatu seperti keraguanKu ketika hendak merenggut jiwa hambaKu yang beriman, dia membenci kematian sedang aku tak suka menyakitinya." ( Shahih Al Bukhari )

Tiadalah seorang hamba mendekatkan diri kepada Allah menuju keridhaan Allah, menuju kasih sayang Allah yang beramal dengan hal-hal yang telah diwajibkan kepadanya seperti shalat wajib, puasa ramadhan, zakat, dan haji. ( Namun untuk saudari kita yang baru masuk Islam tidak dipaksakan untuk melakukan hal-hal yang fardhu di dalam syariah islamiyah kecuali semampunya saja, yang mampu dijalankan dan yang masih terasa berat jangan dilakukan, karena iman itu butuh waktu dalam mencapai kemapanan untuk mampu melaksanakan segala hal-hal yang fardhu ). Dan hamba itu tidak berhenti hanya mengamalkan hal-hal yang wajib saja, tetapi meneruskan juga dengan hal-hal yang sunnah untuk terus mendekat kepada Allah sampai Allah mencintainya, maka ia telah menjadi kekasih Allah karena ia mengamalkan hal-hal yang fardhu dan yang sunnah, amalan yang seperti apa? Tentunya yang diajarkan oleh sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, baik amalan yang fardhu atau pun yang sunnah. Kesimpulannya, ketika seseorang mengikuti ajaran sang nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dalam kehidupannya dan semampunya maka ia akan mencapai cinta Allah subhanahu wata'ala, dan tidaklah seseorang mencapai derajat orang yang dicintai Allah ( Wali Allah ) kecuali ia telah mengikuti tuntunan sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, beliaulah masdar al awliyaa dan manba' al awliyaa ( sumber para wali ).

WaliAllah adalah jika seseorang Mukmin telah taat kepada Allah, selalu ingin berbuat yang luhur,selalu menghindari hal yang hina, maka apa-apa yang ia dengar menjadi rahmat Allah subhanahu wata'ala, seperti jika ia mendengar aib orang lain maka ia doakan orang itu, ia mendengar cacian dan umpatan dari orang lain maka ia doakan orang itu, semua yang ia dengar menjadi rahmat Allah subhanahu wata'ala. Semua hal yang ia lihat menjadi rahmatnya Allah subhanahu wata'ala, misalnya ia melihat orang berbuat dosa maka ia doakan agar ia diampuni dosanya oleh Allah dan diberi hidayah, matanya yang melihat membawa rahmat Allah subhanahu wata'ala, tangan dan kakinya pun demikian, hari-harinya pun demikian.

Allah subhanahu wata'ala berfirman :

إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آَمَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ ، وَمَنْ يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ آَمَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْغَالِبُونَ
( المائدة : 55- 56 )

" Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). Dan barangsiapa menjadikan Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman sebagai penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang ". ( QS. Al Maidah : 55- 56 )

Allah subhanahu wata'ala memberi pemahaman kepada kita, siapakah yang seharusnya kita jadikan sebagai tempat meminta dan memohon pertolongan ?. Allah berfirman : " Sungguh yang melindungi kalian, yang menolong kalian dan yang bisa kalian mintai pertolongan adalah Allah dan RasulNya serta orang-orang yang beriman ", tetapi siapakah orang-orang yang beriman itu ?, maka Allah subhanahu wata'ala perjelas bahwa orang yang beriman adalah mereka yang mendirikan shalat, mereka yang menunaikan zakat, dan mereka yang memperbanyak melakukan ruku' yaitu banyak melakukan shalat sunnah di siang hari dan malam harinya, mereka yang dimaksud adalah para shalihin. Maka firman Allah bahwa pelindung kalian ( manusia ) adalah Allah, RasulNya dan para shalihin. Maka Allah melanjutkan firmanNya : " Barangsiapa yang mengambil perlindungan dari Allah, dari RasulNya dan dari orang-orang yang beriman, maka sungguh tentara Allah lah yang pasti akan menang ".

Sungguh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda riwayat Shahih Al Bukhari :

يَذْهَبُ الصَّالِحُونَ الأَوَّلُ فَاْلأَوَّلُ وَيَبْقَى حُفَالَةٌ كَحُفَالَةِ الشَّعِيرِ أَوِ التَّمْرِ لاَ يُبَالِيهِمُ اللَّهُ بَالَةً
( صحيح البخاري )

“Orang-orang shalih telah pergi (wafat), satu per satu, sampai tidak tersisa seorangpun kecuali manusia-manusia yang buruk, ibarat sampah gandum atau ampas kurma yang Allah tidak lagi mempedulikan mereka sedikitpun." ( Shahih Al Bukhari )

Akan terus wafat para shalihin satu persatu meninggalkan bumi, sampai nanti tersisa orang-orang yang tidak lagi peduli dengan Allah, dan Allah pun tidak peduli dengan keadaan mereka. Maka semoga Allah menumbuhkan lagi generasi shalihin yang baru, Amin Allahumma Amiin.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Huznudzon Billah.

Assalamu'alaikum.

Jika kita memahami cinta Allah Subhanahu wata'ala kepada kita, kita akan tenang di dunia dan akhirat, dan akan semakin tenang dengan cinta Rabbul’alamin subhanahu wata'ala,namun Allah subhanahu wata'ala juga berfirman :

“..Barang kali kalian menyukai sesuatu tapi itu sebenarnya adalah buruk bagi kalian, barang kali kalian membenci sesuatu tapi itu baik bagi kalian, Allah Maha Mengetahui dan kalian tidak mengetahui”

Saudara saudariku yang ku muliakan,
Oleh sebab itu jangan buru – buru memvonis Allah subhanahu wata'ala dalam segala kejadian yang terjadi pada diri kita, (dengan berkata) saya mencari pekerjaan tidak dapat – dapat, sudah do’a sudah shalat Tahajjud, orang lain tidak shalat, tidak beriman malah cepat dapat pekerjaan, barang kali satu dua tahun, atau satu dua bulan penundaan akan membuat Allah melimpahkan yang jauh lebih luas di masa mendatang padamu, jangan sampai kita terjebak kejadian saat ini, karena kita tidak tau kejadian di hari esok.

Wassalam.

Tanya jawab Tentang Hadiah Pahala.

Judul: Hadiah Pahala.
- Pertanyaan :

Assalamualaikum Wr. Wb......Ya Habib..

Sholawat dan Sallam kepada Nabi Muhammad SAW hingga akhir zaman

Saya mau bertanya soal dosa waris dan pahala waris......

Sebelumnya pada beberapa buku yang saya baca dan menerangkan bahwasanya dosa waris dan pahala waris itu tidak ada, tapi yang seringkali saya bingung untuk mengerti adalah kebiasaan orang tua terdahulu (kakek dan nenek saya-red) yang mengatakan hal-hal berikut :
1. "Jangan menangisi orang meninggal secara berlebihan...nanti yang meninggal akan disiksa dikuburnya".....padahal orang yg telah meninggal tersebut tidak bisa dan tidak akan mampu melakukan sesuatu hal lagi yang mengakibatkan suatu hal yang merugikan orang lain. apakah anggapan ini benar?
2. "Orang tua kita tidak mati kayu, jadi kita harus sering2 baca alfatihah untuk keduanya, kita kirimkan doa dan pahalanya kita niatkan untuk orang tua kita".
yang ingin saya tanyakan, adalah benarkah hal demikian dalam islam, karena pahala orang yang membaca alquran adalah untuk dirinya sendiri,...lalu bagaimanakah proses pemindahan pahala ini bisa tejadi?
3.Benarkah bila dalam satu keluarga ada salah satu anggotanya yg melakukan kemudharatan kemudian hal-hal sial akan menimpa kepada anggota yang lainnya?

Semoga apa yang Habib berikan sebagai penjelasan bagi pertanyaan saya diatas akan memberikan manfaat bagi pemahaman saya tentang agama islam, membukakan hati saya dan menjernihkan pikiran saya dari hal-hal yang mengganggu keimanan....amiiin
Dan semoga Allah SWT selalu mencurahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua amiin

jazakumullah khairan katsiran...

* Jawaban :

Alaikumsalam warahmatullah wabaraktuh,

Rahmat dan kesucian Jiwa semoga selalu menaungi hari hari anda,

Saudaraku yg kumuliakan,
1. Rasul saw bersabda dalam belasan hadits shahih beberapa diantaranya diriwayatkan dalam Shahih Bukhari, bahwa Mayyit tersiksa dengan rintihan keluarganya yg menangisinya,

Hadits2 itu kemudian diperjelas dg hadits ini : Sabda Rasulullah saw : “Sungguh Allah Tidak menjadikan (mayyit) tersiksa dengan tangisan airmata (keluarganya), tidak pula menjadikan (mayit) tersiksa dengan kesedihan hati (keluarganya), tetapi (mayyit) tersiksa dengan ini (seraya menunjuk lidah) atau menyayanginya (dengan lidah pula), dan sungguh mayyit tersiksa dengan tangis ratapan keluarganya atasnya” (shahih Bukhari hadits no.1242). (*Lidah keluarga duka dapat membuat Mayyit tersiksa atau terkasihi Allah)

Hadits ini memperjelasnya, dan kemudian diperjelas oleh para Muhadditsin mengapa mayyit tersiksa sebab rintihan keluarganya, bahwa tangisan tidak membuatnya tersiksa, namun yg membuatnya tersiksa adalah bila keluarganya tak menerima kematiannya, melolong, merobek baju dan yg semacamnya,

ini menunjukkan bahwa antara yg hidup dan yg mati itu tidak putus hubungan, walau tubuhnya berpisah namun jiwa mereka tetap ada hubungannya, keluarganya merasa tersiksa dan gundah dg kematiannya maka mayyit pun tersiksa dan merasa gundah dengan hal itu, Allah menjadikannya demikian,

sebagaimana contohnya kaki kita yg terkilir namun lidah yg merintih dan mata yg menangis, kesemuanya terangkai dengan jaringan tubuh, demikian pula jiwa satu dengan lainnya, sebagaimana sabda Nabi saw : “Ruh ruh itu adalah pasukan yg berkelompok kelompok, bila berkenalan maka bersatu bila berselisih maka berpisah” (Shahih Bukhari)

Dan sebagaimana hadits diatas, bahwa Mayyit tersiksa karena ucapan ucapan keluarganya yg mengingkari ketentuan Nya swt, dan mayyit bisa juga mendapat rahmat dengan sebab lidah keluarganya, yaitu doa tentunya.

2. pemindahan pahala ini sebenarnya bukan pemindahan pahala, tapi hadiah, sebagaimana saya ingin memberi anda hadiah, maka saya tentunya memberi dari apa apa yg saya miliki, nah.. pahala yg dikirim itu adalah milik si hamba yg beramal, ia berhak memberikannya pada siapa saja karena amal pahala itu miliknya,

sebagaimana Rasul saw memperbolehkan Badal haji, yaitu orang yg sakit atau udzur, atau wafat sebelum ber haji maka dihajikan oleh keluarganya atau temannya, atau bila ia sakit maka ia membayar orang lain untuk menghajikan atas namanya, hal ini boleh dg syarat orang itu sudah haji.

juga diriwayatkan bahwa seorang wanita datang pada nabi saw seraya berkata bahwa ibunya wafat, bolehkah ia bersedekah dan pahalanya diniatkan untuk ibunya apakah hal itu akan diterima?, maka Rasul saw menjawab : “Ya” (Shahih Bukhari)

demikian pula jika mayyit wafat masih meninggalkan hutang, maka sahabatnya atau keluarganya membayarnya, tentunya bukan uang si mayyit, uang orang lain, namun hal itu sah.

Mengenai pengiriman amal itu Jumhur ulama ahlussunnah waljamaah memperbolehkannya dan mengatakannya sampai, hanya ada perbedaan pada madzhab syafii bila yg dikirimkan adalah pahala Alqur’an, ada yg mengatakan tak sampai, namun sebagian besar ulama mengatakannya sampai.

3. bisa terjadi demikian bila ia turut bertanggungjawab, misalnya ia tak mendidik putranya untuk mengenal Iman dan Ibadah, lalu anaknya tidak pula mendapat jalan mulia dalam hidupnya, hingga ia terus berbuat dosa, maka sang ayah turut bertanggungjawab karena ia tak mendidik anaknya, namun bila ia telah mendidiknya dg kemampuannya lalu anaknya tetap dalam kejahatan maka ia lepas dari tanggungjawab itu,

dan sebagaimana Hadits nabi saw : “Setiap dari kalian adalah gembala, dan setiap gembala bertanggungjawab atas gembalanya” (Shahih Bukhari)

maksudnya adalah ayah bertanggungjawab atas keluarganya, istri bertanggungjawab atas pemeliharaan anak anaknya, anak bertanggungjawab atas bakti pada ayah ibunya, pegawai bertanggungjawab atas tugas dari majikannya, majikan bertanggungjawab atas para pegawainya, pedagang bertanggungjawab atas barang dagangannya, dan demikian seterusnya,

bila mereka tak bertangungjawab atau melakukan kealpaan dalam tugas tanggungjawabnya masing masing, lalu terjadi kendala maka tentunya mereka turut bertanggungjawab,

demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu,

wallahu a'lam

Pentingnya Sanad Keguruan.

udul: Pentingnya Sanad Guru.
Assalamu'alaikum.

Sanad adalah silsilah atau rantai yang menyambungkan kita dengan yang sebelum kita, hubungan, sanad adalah hubungan kalau secara bahasa sanad adalah sesuatu yang terkait kepada sesuatu yang lain atau sesuatu yang bertumpu pada sesuatu yang lain, tapi didalam maknanya ini secara istilahi adalah bersambungnya ikatan bathin kita, bersambungnya ikatan perkenalan kita dengan orang lain, sebagian besar adalah guru-guru kita yaitu orang yang dijadikan guru sanadnya atau hadits, sanad hadits misalnya mengambil dari fulan, dari fulan, dari fulan itu salah satu contoh sanad dan sanad kita sanad keguruan dari guru saya, guru saya dari gurunya, dari gurunya, dari gurunya, sampai Rasul shallallahu 'alaihi wasallam atau dari saya bermadzhabkan syafi’i karena guru saya bermadzhab syafi’i, saya ikut guru saya, guru saya ikut guru nya mahdzabnya syafi’i terus sampai ke imam syafi’i itu sanad namanya. imam madzhab dari guru lebih berhak di panut dari pada melihat hanya dari buku atau dari internet saja, orang yang berguru tidak kepada guru tapi kepada buku saja maka ia tidak akan menemui kesalahannya karena buku tidak bisa menegur tapi kalau guru bisa menegur jika ia salah atau jika ia tak faham ia bisa bertanya, tapi kalau buku jika ia tak faham ia hanya terikat dengan pemahaman dirinya, maka oleh sebab itu jadi tidak boleh baca dari buku, tentunya boleh baca buku apa saja boleh, namun kita harus mempunyai satu guru yang kita bisa tanya jika kita mendapatkan masalah.

"Sanad adalah bagai rantai emas terkuat yg tak bisa diputus dunia dan akhirat, jika bergerak satu mata rantai maka bergerak seluruh mata rantai hingga ujungnya, yaitu Rasulullah saw," (Habib Munzir)

Allah subhanahu wata'ala memberikan anugrah kepada kita guru, guru adalah panutan yang layak kita panut dan kita muliakan, guru adalah ayah Ruh, sedangkan ayah kita adalah ayah Jasad, guru adalah pewaris para Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, selama guru itu berjalan di jalan yang benar dan dia memanut gurunya, Guru yang baik itu adalah guru yang berusaha mengamalkan Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan banyak para murid yang tidak mengerti, perbuatan gurunya itu sebenarnya perbuatan sunnah Rasul yang tidak di ketahui karna ia tidak tau, maka itu dia bertanya pada gurunya “guru setau saya di hadits begini, kenapa guru begini?” oh begini ada Hadits lain, ini kenapa saya memilih ini” hal seperti itu penting, dan ikuti guru yang mengikuti gurunya, kalau sudah guru tidak mengikuti gurunya, maka hati-hati guru ini dapat guru dari mana? sedangkan gurunya dapat dari yang lain, siapa guru yang lain...?

Jangan-jangan gurunya Syaitan, diliat gurunya mengikuti gurunya, berarti dia bisa belajar kepada guru dari gurunya, gurunya siapalagi diatasnya lagi, oh Imam anu, Syekh anu, dari anu, besar sanad gurumu 3 saja cukup apalagi Sanadnya sampai kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. sekarang banyak guru yang mengaku “saya bersambung kepada Rasulullah, tapi mengikuti gurunya tidak? Kalau dia tidak mengikuti gurunya maka tentunya kita juga berfikir, walaupun kau punya seribu sanad, kalau tidak mengikuti gurunya berarti siapa, sanadnya kemana..?

Hati-hati mengikuti guru, kalian itu kalau berguru itu seakan-akan sedang makanan untuk ruh kalian itu, kitakan kalau makan kita lihat apa yang kita makan, apakan makanan itu halal atau haram, apakah yang kita makanan ini racun apakan makanan yang bermanfaat, kalau jasad saja begitu, lebih-lebih ruh, di dalam mencari guru yang benar, guru yang baik mengikuti ahlusunah waljamaah, yang memang tidak berbeda dengan guru yang lain sama tuntunannya, baik orangnya yang mengamalkan amalan-amalan sunnah, dan walaupun tidak sempurna, tiada manusia yang sempurna, dia mengikuti gurunya, mencintai gurunya, di cintai gurunya, demikian gurunya juga orang mulia, gurunya lagi juga berguru pada gurunya.

Demikian,Kita Insya Allah sanad kita bersambung kepada Guru Mulia al Musnid Al alamah Al Habib Umar bin Hafidz, beliau ini tentunya sama sanatnya denagn para imam-imam besar, di Jakarta maupun di seluruh Indonesia, dari para Habaib, dan para Ulama, dan Para Khiyai, sanatnya bersambung kepada Syekh Tabbani, Al Habib Ali bin Muhammad Abdurrahman Al Habsyi kwitang, kepada Habib Salim bin Jindan, kepada Habib syekh Ali allatos, kepada Habib Umar bin Hud, Habib Salim alathos, pada Salafushalihin, banyak para-para ulama dan khiyai, yang sanadnya satu persatu bersambung dan bersambung kembali kepada satu sanad hingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

Ingat Nabiallah Musa As, yang Allah subhanahu wata'ala beri teguran, Nabi Musa berkata “adakah yang lebih alim dari engkau?” tidak ada “aku orang yang paling alim” Maka Allah menurunkan Jibril “ada orang yang lebih alim dari engkau wahai Musa” siapa tunjukan “ Khidir As” “dimana bisa kutemukan?” di pecahan antara dua laut, Maka Nabi Musa pun mencarinya, di dalam surat Al Kahfi, jumpa dengan Nabiallah Khidir, bagaimana adab seorang Rasul, Nabi Musa lebih tinggi derajatnya dari Nabi Khidir dihadapan Allah, karna Nabi Musa adalah Rasul, Nabi Khidir adalah Nabi, Nabi Musa lebih tinggi derajatnya namun karna ingin belajar ia berkata,
“bolehkah aku ikut engkau untuk mendapatkan ilmu yang telah Allah berikan padamu”,

ini ucapan seorang Rasulullah As, Nabi Khidir yang padahal derajatnya di bawahnya, di dalam kedekatan kepada Allah, namun Nabi Khidir mempunya ilmu-ilmu yang tidak di ketahui Nabi Musa, Nabi Musa ingin belajar
“bolehkah aku ikut denganmu tuk belajar ilmu-ilmu yang Allah berikan kepadamu”,

Maka Nabi Khidir as berkata : kau tidak akan bisa sampai ikut aku, kenapa karna beda jalannya, Nabiallah Khidir di jalan Makrifah, Nabiallah Musa dengan jalan syari’ah sebagai Rasul As, Namun kita lihat adab seorang Rasul, bahkan seorang Nabi ingin belajar kepada yang dibawah derajatnya.

Demikian indahnya, Juga Imam Ahmad bin Hambal alaihi Rahmatullah berkata 30 tahun aku mendo’a guruku itu, yaitu Al Imam Syafi’i, tiap malam selama 30 tahun mendoakan guruku, sehingga ia akhirnya sampai kepada kelompok Huffadhudduniya (orang-orang yang paling banyak hafalan haditsnya), di seluruh dunia ini diantaranya Imam Ahmad bin Hambal alaihi Rahmatullah, hadirin hadirat banyak contoh akan hal ini, banyak kemuliaan akan hal ini.

Demikian pula adab Al Imam Fakhrul wujud Abu Bakar Bin Salim alaihi rahmatullah, ketika dikatakan oleh gurunya bahwa “siapa itu Fakhrul wujud?, fakhrul wujud Abu bakar bin salim tidak menyamai seujung kukuku ini..!!, seperti ujung kukuku..!!” ini kata gurunya, maka sampai kabar kepada al Imam Fakhrul wujud Abu Bakar bin Salim, Abu Bakar bin Salim sujud sukur, lalu dia berkata, ditanya oleh murid muridnya : “koq sujud syukur Kau di hina oleh gurumu?, dikatakan kau seujung kukunya” dia berkata “aku bersyukur pada Allah, aku sudah seujung kuku guruku, itu kemuliaan besar bagiku” demikian adab dari Imam Fakhrul Wujud Abu Bakar Bin Salim alaihi Rahmatullah kepada gurunya, sehingga dia memuliakan oleh Allah subhanahu wata'ala, melebihi gurunya hingga Allah memuliakan dia hingga dia melebihi gurunya.

Kita semua masing-masing mempunyai guru, masing-masing memilih guru, di wilayah-wilayah kalian, namun hati-hati memilih guru, siapa gurunya apakah ia mengikuti gurunya, apakah gurunya Cuma Google atau http://www.facebook.com/l/eea04A8GpK7vSv84KMSTlCL-iKQ;yahoo.com hati-hati pada guru-guru yang seperti itu, akhirnya semuanya Bid’ah, semuanya syirik dan lain sebagainya, padahal Cuma nukil-nukil saja di internet, guru yang seperti itu tidak usah dijadikan guru, dijadikan teman saja, boleh nasehati dengan baik.

Kita Mohon Rahmatnya Allah subhanahu wata'ala dengan keberkahan Guru2 mulia kita , agar Allah subhanahu wata'ala melimpahkan Rahmatnya kepada kita dan semoga Allah swt selalu menguatkan kita dalam keluhuran dunia dan akhirat bersama guru guru kita hingga Rasul saw....

Amiin Allahumma Amiin.

Mencintai Rasulullah Saw.

Assalamu'alaikum.

Rasul shallallahu 'alihi wasallam bersabada :

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ

“Belum sempurna iman kalian sampai aku lebih dicintainya dari ayah dan ibunya, dari anak- anaknya, dan dari seluruh manusia”.

Karena cintanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada kita lebih dari cintanya semua orang yang cinta kepada kita , ayah ibu kita tidak melebihi cintanya Rasulullah kepada kita . Dan orang yang cinta kepada ayah ibunya , berbakti kepada ayah ibunya , berbakti kepada semua keluarganya , itu semua mengikuti tuntunan nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam . Kalau seseorang mencintai Rasul maka seorang istri tidak akan menghianati suami , anak akan taat kepada ayah ibunya , dan ayah ibu tidak akan khianat pada amanah atas anaknya , karena ia mencintai sayyidina Muhammad dan mengikuti sang Nabi dan Allah tuntun ia menuju ke jalan-jalan luhur . Oleh karena itulah Rasul shallallahu 'alaihi wasallam menganjurkan kita untuk selalu mencintai beliau shallallahu 'alaihi wasallam , kalaupun seandainya terjebak dalam dosa kelak di akhir zaman , tetap orang yang mencintai akan bersama orang yang dicintai , kalau ia mencintai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam maka ia akan bersama beliau shallallahu 'alaihi wasallam , maka keluarganya , ayah ibu dan anak-anaknya bisa ia tolong dengan memohonkan syafaat kepada Rasul shallallahu 'alaihi wasallam karena ia mencintai Rasul shallallahu 'alaihi wasallam dan Rasul pun mencintainya .

Sayyidina Hassan bin Tsabit Ra adalah seorang yang suka memuji Rasulullah dengan syair , dan Rasul sahallalllahu 'alaihi wasallam mengizinkan untuk membacakan syairnya baik di dalam masjid atau di luar masjid . Bahkan di Masjid Nabawy diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari bahwa Hassan bin Tsabit membaca syair pujian untuk sang nabi , maka hal ini kita teruskan sampai sekarang , jadi membaca syair atau maulid Nabi yang ini adalah pujian kepada Allah dan Rasul di dalam masjid itu sudah ada di masa Rasul dan diperbolehkan oleh Rasul , namun sudah mulai tidak dikenal lagi di masa ini bahkan dianggap bid'ah , maka hal ini harus kita teruskan lagi , karena akhir zaman itu tanda-tandanya adalah yang sunnah dikatakan bid'ah , dan yang bid'ah dikatakan sunnah , ulama' dikatakan jahil dan yang jahil dikatakan ulama' , orang yang shalih dikatakan penyihir dan penyihir dikatakan orang yang shalih , inilah keadaan akhir zaman . Oleh sebab itu kita hidupkan lagi sunnah nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam .

Teriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari ketika salah seorang sahabat tidak menyukai Hassan bin Tsabit maka sayyidah Aisyah menghardik sahabat yang tidak menyukai sayyidina Hassan bin Tsabit seraya berkata : Jangan kalian mencaci sayyidina Hassan bin Tsabit karena dia dulu selalu memuji Rasulullah di hadapan beliau maka Rasulullah bangga dan senang terhadap Hassan bin Tsabit bahkan di doakan oleh Rasulullah . Sebagaimana yang diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari Rasulullah mendoakannya :

اَللّهُمَّ أَيِّدْهُ بِرُوْحِ اْلقُدُسِ

" Ya Allah tolonglah Hassan dengan perantara Jibril As "

Belum pernah Rasul mendoakan seorang sahabat dengan doa sedahsyat ini , sampai meminta agar Jibril menolong langsung Hassan bin Tsabit , orang yang asyik memuji Rasul shallallahu 'alaihi wasallam . Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah

Dalam riwayat yang tsiqah ( kuat ) bahwa pada beberapa waktu yang lalu Syaikh Farazdaq orang yang selalu memuji Rasul shallallahu 'alaihi wasallam . Ia terus menerus memuji Rasul , kalau kita sekarang pujian-pujian itu seperti qasidah , maka setiap tahun dia selalu datang ke maqam Rasul di Masjid Nabawy dan membaca syair-syair pujian kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan setelah itu pulang , setiap tahunnya seperti itu . Dan setelah beberapa tahun datanglah seseorang menegurnya dan mengundangnya makan malam ke rumahnya.

Di Negara-negara timur tengah merupakan hal yang biasa jika ada orang asing di kampung mereka kemudian di undang ke rumah mereka untuk makan bersama , itu adalah hal yang umum disana . Maka Farazdaq sampailah di suatu tempat di luar kota Madinah dan masuklah ia ke dalam sebuah rumah besar , kemudian ia dipegangi oleh beberapa pengawal orang yang mengundangnya , dan orang yang mengundang itu berkata : " aku benci jika engkau memuji Rasul , sekarang akan aku gunting lidahmu agar kau tidak bisa lagi membaca syair untuk memuji Rasul " maka ia pun memaksanya dan mengeluarkan lidahnya dan menggunting lidah Farazdaq dan melepaskannya dan memberikan lidah itu kepada Farazdaq kemudian menyuruhnya pergi .

Maka Farazdaq pergi dan menangis menahan sakit bathin dan sakit zhahirnya , sakit zhahirnya bagaimana rasa sakit jika lidah digunting , dan sakit bathinnya karena ia tidak bisa lagi membaca syair untuk memuji Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam . Sebagaimana biasa maka ia pun pergi ke makam Rasulullah dan ia bersandar di hadrah as syarif di dalam masjid nabawy , dan ia berkata di dalam doanya : " Wahai Allah , kalau shahibul maqam ini ( Rasulullah ) memang benci dengan perbuatanku ini maka biarkan aku agar tidak lagi memujinya , tetapi jika Engkau meridhai dan shahibul maqam ini ( Rasulullah ) senang jika aku terus memujinya dengan syair maka sembuhkanlah aku " , maka ia pun dalam tangisnya tertidur dan didalam tidurnya ia bermimpi Rasulullah shallallahu 'alihi wasallam berhadapan dengannya dan berkata : " mana lidahmu yang digunting oleh orang itu , ? kemudian diambil oleh Rasul dan beliau berkata : " buka mulutmu " dan dikembalikan ke mulutnya dan Rasul berkata : " aku gembira dengan perbuatanmu , maka teruskanlah dakwahmu dan syairmu " , maka ia terbangun dan ia dapati lidahnya telah kembali pada posisinya .

Kemudian di tahun berikutnya syaikh Farazdaq kembali lagi ke maqam Rasul dan memujinya sebagaimana biasa ia lakukan tiap tahun , dan ada lagi orang yang mengundang untuk makan malam di rumahnya dan ia pun menerima undangan itu dan ia pun dibawa ke rumahnya , ketika dilihat rumah itu adalah rumah yang tahun lalu pernah ia datangi , maka syaikh Farazdaq tidak mau masuk , maka orang itu berkata : " aku ingin kau masuk , kau jangan risau aku tau kau adalah orang yang baik dan kau lihat aku adalah orang yang jujur " , maka Syaikh Farazdaq masuk dan dilihat di dalam rumah itu ada sebuah penjara dari besi dan di dalamnya ada seekor kera (monyet) besar dan kera itu terus memandangi dan mengamuk melihat syaikh Farazdaq , maka berkatalah orang yang mengundang syaikh Farazdaq : " Wahai syaikh taukah engkau siapa yang di dalam kerangka besi itu " ? maka Farazdaq menjawab : " itu kera " , maka lelaki itu berkata : " itu ayahku yang dulu setahun yang lalu menggunting lidahmu , setelah ia melakukan itu maka Allah merubahnya menjadi seekor kera , wahai syaikh tolong doakan ayahku itu supaya diampuni Allah dan diwafatkan , kasian karena dia telah berubah menjadi kera " , Maka Syaikh Farazdaq menangis dan mendoakannya dan wafatlah seekor kera itu .

Hal seperti ini tidak mustahil , karena teriwayatkan di dalam Alqur'an dan Hadits shahih tentang keramat-keramat para shahabat dan juga orang-orang terdahulu.

Wassalam.